Blog ini berisi Bahan Ajar / Cerita Sekolah Minggu dalam Bahasa Indonesia, silakan dipakai / dikutip secara bebas dan gratis karena Firman Tuhan bebas untuk diberitakan dan diketahui oleh semua orang

This blog contains materials for Sunday School Sermon. The sermon materials are written in Indonesian, but I hope the activities and images contained can be used by anyone with any language, please feel free to use it

Sunday, September 25, 2016

Peduli Kepada Sesama (Lukas 16:19-31)

Bahan Ajar PAR 25 September 2016
Tema: “Peduli kepada sesama” (Lukas 16:19-31)
Tujuan:
- Anak-anak tahu bahwa Tuhan Yesus mau orang percaya peduli kepada sesama
- Anak-anak mau peduli kepada sesama sebagai ungkapan syukur atas kasih dan berkat Tuhan yang mereka rasakan


Pokok Renungan

Cerita tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin ini ingin menggambarkan tentang upah mengikut Tuhan setelah kematian tubuh jasmani. Hal ini untuk mengingatkan dan menyadarkan kita agar tidak terlena dalam dosa. Cerita ini juga mengajarkan bagaimana menjadi pribadi yang siap mengalami penderitaan bahkan kemiskinan, juga bagaimana melawan godaan duniawi dan kesenangan jasmani. Dari bacaan ini dapat dilihat dua bagian menarik:

Bagian kehidupan yang sedang kita jalani
Sampai dengan ayat 22a dan 23a, digambarkan tentang bagaimana keadaan kehidupan dari 2 orang tokoh dalam cerita ini: orang kaya dan Lazarus yang miskin.
Mereka hidup di dunia yang sama namun dalam keadaan yang berbeda. Orang kaya selalu berpakaian yang bagus dan suka bersenang-senang dengan kemewahannya, sementara Lazarus dengan keterbatasan dan kekurangannya, hidup dalam penderitaan, bahkan untuk makan saja ia hanya bisa berharap dari apa yang terbuang. Gambaran kehidupan yang terjadi di dunia ini, ada yang kaya dan yang miskin.
Kecenderungan dunia ini menempatkan kekayaan sebagai lambang keberhasilan bahkan lebih buruk lagi ada anggapan bahwa yang mendapat kekayaan adalah yang diberkati Tuhan yang miskin tidak diberkati Tuhan.
Cerita ini tidak menggambarkan bahwa kekayaan itu dosa, tentunya kekayaan yang didapat dengan cara yang benar, juga dalam cerita ini tidak digambarkan bahwa orang kaya itu menindas atau merampok orang lain. Jadi pada dasarnya ia baik-baik saja dengan kekayaan yang dimilikinya.
Kemiskinan juga bukan dosa, tetapi bukan berarti orang boleh malas-malasan sehingga menjadi miskin, apalagi menjadi alasan orang melakukan kejahatan karena miskin. Dalam cerita ini juga tidak digambarkan Lazarus mencuri atau melakukan kejahatan lain untuk mendapat makanan dan bertahan hidup.
Cerita ini, walaupun sepintas (ayat 19b), menggambarkan ketidakpedulian orang kaya itu, dengan begitu banyak kekayaan yang dimilikinya ia terlena dan hidup bersukaria dalam kemewahannya. Bahkan Lazarus yang tentunya kelihatan kelaparan di depan matanyapun tidak dipedulikannya. Sementara Lazarus dalam kekurangannya tidak nampak digambarkan melakukan suatu kejahatan walaupun dia sangat kelaparan, ia hanya menunggu apa yang boleh dia ambil yang terbuang dari meja orang kaya.
Sampai ayat 22a dan 23a, kehidupan yang baik dalam pandangan dunia adalah kehidupan orang kaya, sementara kehidupan Lazarus bukan kehidupan yang baik.

Bagian kehidupan yang akan kita jalani
Pada ayat 22b, 23b sampai 31 memberikan gambaran tentang kehidupan yang lain yang harus dijalani oleh 2 tokoh dalam cerita ini.
Setelah mereka berdua mati, mereka ada dalam kehidupan yang berbeda di tempat yang berbeda.
Tempat mereka berbeda bukan karena yang satu kaya sedangkan yang lain miskin (bnd. Abraham atau Ayub yang kaya tetapi masuk surga).
Tempat Lazarus dan orang kaya itu berbeda karena dalam kehidupannya ada sikap yang berbeda yang ditunjukkan sebagai respon akan anugerah yang Tuhan sudah berikan ketika mereka sama-sama masih hidup di dunia.
Sikap orang kaya yang tidak peduli pada orang lain meskipun hidupnya dalam kelimpahan adalah sikap yang tidak menunjukkan rasa syukur pada apa yang Tuhan sudah berikan dalam kehidupannya. Sementara sikap Lazarus yang tabah dan tidak melakukan kejahatan juga tidak menghujat Allah dalam kekurangan dan penderitaannya menunjukkan sikap yang bersyukur atas apa yang Tuhan sudah berikan kepadanya.
Kehidupan yang dijalani keduanya, setelah kematian tubuh jasamani, juga terpisah dengan jelas dan tegas, dimana tidak ada kesempatan lagi untuk berpindah (ayat 26), kesempatan untuk menentukan pilihan hanya ada dalam kehidupan di dunia yang singkat ini, sebaliknya tempat mana kita hidup setelah kematian itu kekal dan itu hanya ada 2 tempat yaitu surga dan neraka. Kalau tidak ke surga, maka tidak ada tempat lain selain neraka.

Sebagai tambahan ada hal lain yang kita pelajari dari cerita yang disampaikan langsung oleh Tuhan Yesus ini bahwa setelah kematian, kita akan langsung pergi ke surga atau ke neraka, tidak ada tempat lain.
Hanya disaat kita masih ada bersama didalam dunia ini, kita masih bisa saling peduli, mengingatkan dan mendoakan sesama, setelah itu tidak ada yang bisa saling mengingatkan atau mendoakan, tidak ada seorang yang masih hidup mendoakan dan menyelamatkan orang mati dan sebaliknya yang sudah mati juga tidak bisa menyelamatkan dan mendoakan yang masih hidup (ayat 27-31).

Kepada anak-anak bisa mulai diajarkan bahwa setiap kebaikan yang dilakukan kepada orang lain bukanlah untuk keuntungan atau mencari hormat di dunia ini, tetapi sebagai ungkapan syukur karena Tuhan sudah sangat baik kepada anak-anak dan Tuhan selalu memperhatikan semua kebaikan yang kita lakukan.


Cerita untu Anak

Suatu waktu Tuhan Yesus bercerita kepada orang banyak. Cerita Tuhan Yesus itu tentang seorang kaya raya bernama Si Kaya. Dia memiliki banyak sekali harta benda, seperti rumah besar, pakaian indah, dan makanan lezat. Si Kaya selalu berpakaian mewah dan makan makanan yang enak.
Di dekat rumah Si Kaya, tinggallah seorang pengemis miskin bernama Lazarus. Lazarus memiliki tubuh yang kurus dan penuh luka. Dia tidak memiliki pakaian yang layak dan hanya makan remah-remah makanan yang jatuh dari meja Si Kaya.
Setiap hari, Lazarus duduk di depan gerbang rumah Si Kaya, berharap ia akan memberinya sedikit makanan. Tetapi Si Kaya tidak pernah peduli dengan Lazarus. Dia bahkan mengusir Lazarus dari depan gerbangnya.
Suatu hari, Lazarus meninggal dunia. Malaikat membawa Lazarus ke surga, tempat yang indah dan penuh kedamaian. Di surga, Lazarus bertemu dengan Bapa Abraham. Lazarus duduk di pangkuan Bapa Abraham dan merasa bahagia. Sementara itu, Si Kaya juga meninggal dunia. Dia tidak pergi ke surga seperti Lazarus, tetapi ke neraka, tempat yang panas dan penuh penderitaan.
Di neraka, Si Kaya merasa sangat tersiksa. Dia melihat Lazarus di kejauhan, duduk di pangkuan Bapa Abraham. Si Kaya ingin Lazarus membantunya, tetapi Lazarus tidak bisa mencapainya. Kemudian Si Kaya memohon kepada Bapa Abraham untuk mengirim Lazarus agar Lazarus dapat meneteskan air ke ujung jarinya untuk mendinginkan lidahnya yang panas. Tetapi Bapa Abraham berkata, "Nak, ingatlah bahwa selama hidupmu, kamu telah menerima segala yang baik, sedangkan Lazarus menerima segala yang buruk. Sekarang dia di sini sedang dihibur, dan kamu sedang menderita."
Si Kaya kemudian memohon kepada Bapa Abraham untuk mengirim Lazarus ke rumah saudaranya yang masih hidup di dunia. Dia ingin Lazarus memperingatkan mereka agar mereka tidak berakhir di neraka seperti dia. Tetapi Bapa Abraham berkata, kepada mereka sudah diberikan para nabi untuk mengajar, juga sudah ada firman Tuhan, jadi biarlah mereka mendengarkan dan belajar dari situ.
Si Kaya menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan selama hidupnya. Dia menyesal karena tidak pernah peduli dengan Lazarus dan orang-miskin lainnya. Walaupun ia menyesal namun semuanya sudah terlambat, seharusnya sewaktu masih hidup dia lakukan kebaikan, bukan sombong dan tidak peduli pada orang lain.
Adik-adik juga saat ini masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk bersyukur atas apa yang Tuhan berikan dengan peduli kepada sesama yang membutuhkan, jangan seperti Si Kaya, saat diberikan kesempatan untuk peduli dia tidak mengambil kesempatan itu, akhirnya hanya penyesalan yang didapatkannya.

Alat Peraga

Gambar Peraga

Aktivitas

Mewarnai

Ayat Hafalan


Saturday, September 17, 2016

Selalu Siap (Matius 25:1-13)

Bahan Ajar PAR 18 September 2016
Tema: “Selalu Siap” (Matius 25:1-13)
Tujuan:
- Anak-anak tahu bahwa apapun yang terjadi Tuhan selalu menyertai
- Anak-anak mau belajar memahami maksud dan kehendak Tuhan

Pokok Renungan

Dalam berbagai catatan/tafsiran mengenai perumpamaan yang kita baca hari ini, ditekankan tentang orang percaya yang harus senantiasa memperhatikan keadaan rohani mereka sendiri menantikan kedatangan Kristus yang tidak diduga, ini nampak dari maksud perumpamaan ini sendiri yaitu berkaitan dengan Kerajaan Sorga (ayat 1).
Ada beberapa catatan yang bisa direnungkan dalam bacaan ini:
  • Kelompok gadis yang bodoh itu tidak memperhitungkan bahwa kedatangan mempelai laki-laki tidak terduga dan tidak bisa diprediksi (bnd, Mat 24:36,44). Hal ini bisa disebabkan mereka tidak tahu atau mereka tidak mau tahu dengan keadaan bahwa lampu mereka bisa saja kehabisan minyak sewaktu-waktu.
  • Kelompok gadis yang bijaksana punya perhatian dan perhitungan yang baik untuk menyambut kedatangan mempelai. Karena ini mereka mempersiapkan dan membekali diri dengan baik.
  • Kedua kelompok gadis ini memang tertidur saat menantikan kedatangan mempelai, tetapi saat mereka dikejutkan oleh kedatangan mempelai, kelompok gadis yang bijak tidak kebingungan karena mereka sudah siap, sementara kelompok gadis yang bodoh panik dan bingung karena mereka tidak siap.
Secara umum kita bisa memahami bahwa perumpamaan gadis-gadis yang bijak dan yang bodoh ini menggambarkan keberadaan kita sebagai umat yang menantikan Tuhan.
Namun secara lebih luas, juga kita sadari setiap saat dalam hidup kita apa saja bisa terjadi diluar prediksi, bukan hanya kedatangan Tuhan tetapi apapun yang terjadi tanpa kita perkirakaan akan membuat kita terkejut, dan cenderung akan bereaksi terhadap hal itu. Dari reaksi kita atau apa yang kita lakukan menggambarkan kesiapan kita.
Dari perumpamaan ini Tuhan Yesus menggambarkan tentang bagaimana sikap sebagai anak-anak Tuhan dalam menghadapi berbagai keadaan, yang selalu siap karena punya pegangan yaitu iman dan percaya kepada Yesus Kristus.
Kepada anak-anak bisa mulai mengajarkan bahwa banyak hal bisa terjadi bahkan hal yang buruk dan diluar perkiraan. Tetapi sebagai orang Kristen, ada yang akan tetap menguatkan dan membuat mereka siap yaitu iman dan percaya kepada Yesus Kristus, yang harus selalu hidup dan bertumbuh dalam diri mereka. Karena semua hal yang terjadi ada dalam kendali Tuhan.
Iman dan percaya itu yang harus diwujudkan dalam perbuatan yang baik kepada sesama, selalu belajar memahami firman Tuhan, sehingga semakin hari kita semakin memahami maksud dan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Dan itu akan membuat kita siap menghadapi apapun yang terjadi dalam hidup ini, bahkan yang terburuk sekalipun.
Karena setiap orang yang selalu bersandar kepada Tuhan akan diberi kekuatan dan kesiapan oleh Tuhan.


Cerita Kelas Kecil



Cerita Kelas Besar



Alat Peraga

Gambar Peraga

Aktivitas

Menyambung titik kemudian warnai


Ayat Hafalan

Matius 25:13
Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Saturday, September 10, 2016

Jangan Sombong (Lukas 18:9-14)

Bahan Ajar PAR 11 September 2016
Tema : “Jangan Sombong” (Lukas 18:9-14)
Tujuan :
- Anak-anak tahu bahwa Tuhan menyayangi orang yang rendah hati
- Anak-anak mau bersikap rendah hati dihadapan Tuhan maupun sesama

Pokok Renungan

Dari awal bacaan ini, kita sudah dapat melihat bahwa perumpamaan ini dimaksudkan untuk menegur orang-orang yang sombong dan memandang rendah kepada orang lain.
Perumpamaan ini dimulai dengan cerita tentang orang Farisi dan Pemungut Cukai yang sama-sama pergi ke Bait Allah untuk berdoa (ayat 10). Bait Allah bagi orang Yahudi adalah alat perantara dalam penyembahan.
Orang Farisi dalam cerita Alkitab sering ditegur oleh Tuhan Yesus, karena mereka adalah orang yang angkuh yang merasa benar karena mengetahui isi hukum Taurat. Sebaliknya pemungut cukai digambarkan rendah diri karena menganggap dirinya adalah orang berdosa yang tidak berkenan kepada Tuhan. Jika keduanya pergi ke Bait Allah walaupun sama-sama untuk berdoa, tentunya ada motivasi yang berbeda yang mengantarkan mereka kesana.
Dari gambaran tentang orang Farisi yang tinggi hati mungkin saja ia pergi ke Bait Allah untuk berdoa karena tempat itu adalah tempat umum,  sehingga apa yang dilakukannya mendapat banyak perhatian, ibadah yang dilakukannya untuk mendapat pujian.
Dilain pihak, Bait Allah yang ramai dengan orang-orang yang mau beribadah akan membuat Pemungut cukai merasa sangat rendah, karena akan ada banyak orang yang memandang hina dirinya sebagai orang berdosa yang tidak layak datang ke hadapan Tuhan. Namun ia menguatkan hatinya untuk pergi ke Bait Allah karena baginya tempat tersebut ditetapkan sebagai rumah doa bagi segala bangsa (bnd. Yes. 56:7).
Orang Farisi pergi ke Bait Allah untuk mencari pujian, sedangkan pemungut cukai pergi karena ia memiliki urusan tertentu. Orang Farisi pergi untuk pamer, sedangkan pemungut cukai pergi untuk menaikkan permohonannya. Demikian juga ketika kita datang beribadah kepada Tuhan, selidikilah  kecenderungan dan maksud apa kita datang, apakah berkenan kepada Tuhan.
Selanjutnya dalam ayat 11-12, nampak jelas tujuan kedatangan orang Farisi ke Bait Allah. Dalam doanya, yang ia pikirkan hanyalah dirinya sendiri. Ia tidak peduli akan hal lain kecuali dirinya sendiri, puji-pujiannya sendiri, bukan kemuliaan Allah.
Ia juga memandang rendah orang lain. Secara khusus ia menganggap rendah si pemungut cukai. Sebaliknya dalam ayat 13 diceritakan doa pemungut cukai kepada Allah, yang penuh dengan kerendahan hati dan sangat merendahkan diri. Doanya dipenuhi dengan permohonan untuk pertobatan atas dosa dan kerinduannya hatinya kepada Allah.
Sebagai kesimpulannya, dalam ayat 14, Tuhan Yesus berkata “barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Dari cerita ini dapat ditekankan kepada anak-anak tentang bagaimana niat hati yang baik dalam beribadah, penuh dengan kerendahan dan penyesalan atas dosa dan tidak munafik akan menuntun kepada sikap yang benar dalam beribadah. Sikap yang benar dalam berdoa akan menjadi tabiat yang baik yang terus terbawa dalam kehidupan sehari-hari, dalam hubungan dengan sesama.


Cerita Kelas Besar



Cerita Kelas Kecil



Alat Peraga

Gambar Peraga



Aktivitas

Mewarnai

Temukan Jalan

jawaban: ada beberapa jalur yang bisa dilalui, salah satunya:

Cari Perbedaan

Ayat Hafalan

Lukas 18:14b  
Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.