Bahan Ajar Sekolah Minggu 18 Maret 2018 Tema : “Anugerah yang tak terhingga” (Lukas 5:27-32) Tujuan : - Anak-anak mengerti bahwa panggilan Tuhan merupakan anugerah bagi kita - Anak-anak mau mendengar panggilan Tuhan untuk beribadah maupun melayani
Pokok Renungan
Dalam karya pelayanan Tuhan Yesus sangat banyak mujizat yang dilakukanNya, baik itu kesembuhan, kelepasan dari roh jahat bahkan kebangkitan dari kematian. Itu semua dapat dipandang sebagai anugerah yang sangat besar bagi orang-orang yang menerimanya, karena mereka yang menerimanya tidak perlu membayar apapun kepada Tuhan Yesus untuk semua itu. Demikianlah apa yang disebut anugerah yaitu sesuatu yang diterima dengan gratis sebagai pemberian dari Tuhan. Namun pemahaman tentang anugerah tidak terbatas pada apa yang diterima secara fisik saja, tetapi harus dipahami lebih dari itu, ketika Tuhan Yesus, dari kekudusanNya, mau turun melawat manusia berdosa itu adalah anugerah yang tak terhingga dan terhitung harganya yang pernah diberikan Allah kepada manusia berdosa. Demikian juga ketika Tuhan mau memanggil orang berdosa untuk datang kepadaNya untuk beribadah maupun melayani pekerjaan Tuhan. Seperti bacaan kita hari ini tentang bagaimana Lewi (Matius) dipanggil untuk mengikuti Tuhan Yesus. Dalam pandangan orang-orang zaman Tuhan Yesus, bagi orang-orang Yahudi pekerjaan pemungut cukai adalah pekerjaan yang kotor dan disamakan dengan orang berdosa, karena mereka bekerja untuk menguntungkan bangsa penjajah, bangsa Romawi, dan biasanya para pemungut cukai juga melakukan pemerasan, penipuan dan berbagai cara yang kotor untuk memperoleh keuntungan lebih untuk memperkaya diri sendiri. Walaupun di lain pihak, di mata pemerintah Romawi saat itu, pekerjaan itu membawa status yang lebih terhormat dari sekedar orang-orang jajahan yang lain. Pekerjaan sebagai pemungut cukai membuat Lewi punya kedudukan juga keadaan ekonomi yang lebih baik, mungkin ia merupakan salah satu dari sedikit orang Yahudi yang kaya saat itu. Ketika TUhan Yesus lewat di depannya dan memanggilnya, tentu membuat Lewi terkejut dan heran, dan mendengar ajakan Tuhan Yesus bisa jadi merupakan sebuah hal yang mengganggu Lewi saat itu. Siapa Tuhan Yesus? Mungkin Lewi pernah mendengar desas-desus tentang Tuhan Yesus yang bisa melakukan mujizat, tetapi apa yang Lewi lihat saat itu bukankah teman-temanNya juga murid-murid yang mengikutinya adalah orang-orang kelas bawah, para nelayan, Tuhan Yesus juga bukan orang kaya, Ia hanya anak seorang tukang kayu. Dan yang lebih menganggu perasaan lewi saat itu mungkin jika ia bersedia mengikuti Tuhan Yesus, ada begitu banyak konsekuensi yang harus dihadapi. Ia harus kehilangan pekerjaan yang membuat ia kaya dan menopang kehidupan dan gaya hidupnya, mungkin juga ia akan dimusuhi oleh orang Romawi karena meninggalkan tugas/tanggung jawabnya yang akan mendatangkan kerugian bagi bangsa Romawi. Namun seperti yang tertulis dalam Alkitab, tanpa bertanya, Lewi meninggalkan apa yang sedang dikerjakannya dan pergi mengikuti Tuhan Yesus (ay. 28). Kemudian Lewi juga mengadakan perjamuan / pesta di rumahnya untuk Tuhan Yesus yang dihadiri juga oleh para pemungut cukai seperti dia dan banyak orang berdosa (ay. 29 bd. Mat. 9:10) Apa yang dapat kita pelajari dari sikap Lewi ini adalah bagaimana ia bersedia menyambut anugerah Tuhan tanpa walaupun itu berati mengorbankan kenyamanannya. Bagi Lewi kehilangan kekayaan, kedudukan dan kenikmatan hidup tidak sebanding dengan kehilangan anugerah dari Tuhan, karena itu pilihan yang tepat adalah menyambut panggilan Tuhan yang adalah anugerah. Menjadi renungan bagi kita sebagai pengajar juga anak-anak, panggilan dari Tuhan seringkali menghampiri kita tanpa kita cari, mungkin lewat ajakan untuk beribadah atau ajakan untuk melayani, tetapi seberapa besar kita sadar bahwa itu adalah anugerah dari Tuhan? Kalau kesibukan kita masih lebih penting, mungkin kita akan dengan mudah mengabaikannya tanpa kita sadari kita telah menolak anugerah Tuhan. Ajarkan kepada anak-anak bahwa setiap panggilan / ajakan untuk datang dan dekat dengan Tuhan adalah sebuah anugerah, sambutlah setiap panggilan yang disampaikan kepada kita karena sungguh sebuah kehormatan bagi kita jika Tuhan berkenan memanggil kita yang berdosa dan tidak layak untuk datang mendekat padaNya.
Ayat Hafalan
Lukas 5:32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.
Bahan Ajar Sekolah Minggu 04 Maret 2018 Tema : “Beriman kepada Tuhan Yesus” (Yohanes 4:46-54) Tujuan : - Anak-anak tahu bahwa Tuhan Yesus adalah teladan hidup orang percaya - Anak-anak mau percaya dan beriman hanya kepada Tuhan Yesus
Pokok Renungan
Hari ini kita membaca sebuah cerita tentang Tuhan Yesus yang melakukan mujizat menyembuhkan anak seorang pegawai istana. Seperti kebanyakan cerita mujizat yang Tuhan lakukan, kita disuguhkan kisah tentang besarnya kuasa yang dimiliki Tuhan Yesus mengatasi masalah yang tidak mampu dihadapi manusia. Tetapi dari kisah ini ada satu hal menarik juga yang kita lihat, yaitu bagaimana sikap Tuhan Yesus yang mungkin sedikit kasar ketika menegur pegawai istana yang datang minta tolong itu. Bukannya menghibur pegawai istana yang sedih karena anaknya sekarat, sebaliknya Tuhan Yesus mengatakan "Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya." (ayat 48). Teguran itu disampaikan kepada pegawai istana itu dan mungkin juga kepada orang-orang yang ada disitu bahkan murid-murid yang mengikutiNya, karena sejauh itu kepercayaan mereka kepada Tuhan Yesus didasarkan kepada mujizat yang telah dilakukannya (ayat 45). Nampaknya cukup beralasan bagi Tuhan Yesus menegur mereka, karena jika kita membaca rangkaian pasal-pasal sebelumnya, kita akan menemukan sikap-sikap yang berbeda yang ditunjukkan oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Ketika Tuhan Yesus melakukan mujizat pertama di Kana, karena melihat mujizat itu "murid-muridnya percaya kepada-Nya” (Yoh. 2:11). Ketika di Yerusalem untuk merayakan Paskah, "banyak orang melihat tanda-tanda dan percaya kepada-Nya” (Yoh. 2:23). Saat dalam perjalanan kembali ke Galilea, sebuah kota Samaria menaruh iman mereka kepadanya, bukan karena tanda-tanda, tapi "karena firman-Nya." (Yoh. 4:41-42). Namun ketika Tuhan Yesus kembali ke Galilea orang banyak datang menyambutNya dan mereka menyambutNya karena telah melihat mujizat air menjadi anggur yang telah dilakukanNya (ayat 45). Apa yang dituliskan oleh penginjil ini juga menjadi pertanyaan bagi kita tentang bagaimana dasar iman percaya kita. Apakah iman kita berdasarkan pada mujizat yang ajaib dan menarik perhatian? Atau kepada pribadi Tuhan Yesus sendiri. Kepercayaan yang berdasarkan mujizat dan keajaiban yang Tuhan Yesus buat akan mendorong kita untuk bersikap menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan yang ajaib dan akan melakukan segala sesuatu yang dahsyat seperti super hero dalam film sebaliknya iman yang berdasarkan pada pribadi Tuhan Yesus adalah iman yang menerima Tuhan Yesus sebagai teladan hidup dan menyadari bahwa sekalipun dalam kelemahan kita sebagai manusia kita punya kekuatan untuk memilih dan tetap menjadi baik. Tuhan Yesus dalam karya penyelamatanNya bukan hanya melakukan mujizat/keajaiban tetapi lebih dari itu menunjukkan sikap taat, rela menderita dan dihina bahkan disalibkan. Bertolak belakang dari keajaiban mujizat yang dibuatNya. Mujizat yang ajaib merupakan pekerjaan Allah namun demikian, iman orang percaya tidak boleh terpusat pada mujizat itu tetapi kepada Yesus Kristus yang mengajarkan sifat-sifat ilahi. Kita harus percaya pada Tuhan Yesus karena Dia itu Anak Allah, yaitu Tuhan dan Juruselamat kita. Ia harus disembah dan diimani karena kasih, kemurahan, dan sifat-Nya yang benar dan bukan karena mujizat-mujizat ajaib yang pernah dibuatNya. Bukankah sejak zaman dahulu bahkan lebih lagi di saat ini ada begitu banyak hal-hal ajaib yang dilakukan oleh manusia? Misalnya para pesulap, pemain akrobat atau ilusionis yang bisa berjalan di atas air, merubah air menjadi anggur dan aksi-aski lainnya yang seringkali membuat kita terpukau. Kita percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus bukan karena keajaiban dan mujizat yang dilakukannya, yang juga bisa dipalsukan oleh Iblis, tetapi karena kasih yang ditunjukkannya untuk menolong, menyembuhkan dan mengampuni orang berdosa. Tuhan Yesus tidak mengajarkan bagaimana caranya menggunakan kuasa untuk melakukan mujizat atau keajaiban, yang Tuhan Yesus ajarkan adalah bagaimana menjadi orang yang mengasihi Tuhan dan sesama manusia, dan untuk itu Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan untuk dapat kita ikuti. Membaca sampai akhir cerita ini kita dapat simpulkan bahwa iman percaya pegawai istana itu tumbuh karena ia mendengar langsung dari mulut Tuhan Yesus dan mengalami sendiri apa yang terjadi, tetapi keluarganya hanya mendengar darinya tentang Tuhan Yesus dan mereka percaya bahwa kesembuhan itu karena Tuhan Yesus. Apakah kita mau percaya bahwa kehidupan yang kita jalani sehari-hari juga atas kemurahan Tuhan? Bukankah kita sudah mengalaminya juga tanpa mendengar langsung dari mulut Tuhan sendiri.
Alat Peraga
Gambar Peraga
Aktivitas
Mewarnai Maze Menyusun Cerita Bergambar
Ayat Hafalan:
Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.