Bahan Ajar PAR 28 Mei 2017 Tema : “Tuhan Yesus Naik ke Surga” (Kisah Para Rasul 1:1-11) Tujuan : - Anak-anak tahu Roh Kudus menyertai setiap orang percaya - Anak-anak tahu bahwa Tuhan akan datang kembali - Anak-anak selalu berpegang teguh pada iman kepada Tuhan Yesus
Pokok Renungan
Babak pelayanan yang dilakukan langsung oleh Tuhan Yesus ditutup dengan kenaikanNya ke surga. Namun itu bukan berarti akhir dari penyertaan Tuhan kepada orang-orang percaya, karena Ia sendiri kemudian memberikan Roh Kudus sebagai penolong dan pembimbing bagi setiap orang yang beriman kepadaNya (ayat 4-5). Pertanyaan penting yang mungkin diajukan oleh anak-anak -bahkan orang dewasa- adalah mengapa Tuhan Yesus harus naik ke surga? Tidakkah lebih baik kalau Tuhan ada terus bersama manusia di bumi? Kenaikan Tuhan Yesus ke surga merupakan hal penting bagi kehidupan dan kedewasaan iman orang percaya dan melalui peristiwa itu juga Ia memberikan jaminan tentang janji kehidupan kekal bagi setiap orang percaya. Beberapa makna penting yang diterima oleh orang percaya dalam peristiwa kenaikan Tuhan Yesus, yaitu:
Maksud kedatangan Tuhan Yesus yaitu untuk mendamaikan manusia dengan Allah lewat pengorbananNya di kayu salib sudah terlaksana, dengan demikian kenaikan Tuhan Yesus sendiri merupakan pernyataan Allah bahwa Ia dalam kasih karuniaNya telah berdamai dengan manusia. Sekaligus dengan hal ini memberikan pernyataan tegas bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.
Dengan kenaikanNya ke surga, Tuhan Yesus sendiri menunjukkan bahwa ada tempat yang telah disediakan bagi orang percaya, tempat dimana ada kekekalan dan kesanalah Tuhan Yesus pergi (bnd. Yohanes 14: 2-3)
Tuhan memberikan kembali hak dan mandat istimewa kepada manusia sebagai citra Allah di bumi ini setelah sebelumnya dirusak oleh kejatuhan manusia dalam dosa di taman Eden. Dengan kenaikan Tuhan Yesus, setiap orang percaya kemudian dikaruniakan penolong yaitu Roh Kudus yang akan memampukannya untuk menjalankan mandat istimewa dari Allah (ay 8). Dengan mandat istimewa dari Tuhan itu, setiap orang percaya dimampukan untuk menjadi saksi tentang kasih Allah lewat Tuhan Yesus.
Tuhan juga menunjukkan / menjanjikan bahwa ada suatu saat dimana Ia akan datang kembali dalam kemuliaan sebagaimana Ia pergi (ay 11) dengan demikian ada jaminan bahwa kapanpun waktunya nanti, kemuliaan Tuhan pasti dinyatakan lewat kedatanganNya kembali ke dalam dunia ini.
Dari beberapa makna kenaikan Tuhan Yesus ini, ada hal-hal yang harusnya menjadi respon orang percaya:
Kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang sudah menang atas dosa dan sudah dijamin oleh Allah sendiri melalui pengorbanan Tuhan Yesus, dan juga Allah sendiri telah mengembalikan mandat kepada setiap orang percaya untuk menjadi saksiNya, karena itu setiap orang percaya sepatutnya merespon itu dengan selalu bersyukur dan menjadi saksi yang baik tentang kebaikan Tuhan melalui setiap kata dan perbuatannya. Dengan tidak menjadi saksi yang baik berarti menolak kasih karunia yang sudah Tuhan berikan.
Ada jaminan yang pasti tentang surga yang dijanjikan Tuhan juga tentang kemuliaan dan keadilan Tuhan yang dinyatakan melalui kedatangan Tuhan Yesus kembali. Karena itu tidak perlu ada ketakutan atau keraguan akan iman kepada Tuhan Yesus walaupun keadaan dunia dan berbagai tekanan kehidupan sering menggoda dan menekan orang untuk meninggalkan iman kepada Tuhan Yesus, tetaplah beriman kepada Tuhan Yesus karena apapun yang akan terjadi nanti, bagi setiap orang percaya ada kepastian untuk mendapat tempat kekal bersama Tuhan Yesus.
Alat Peraga
Gambar Peraga
Aktivitas
Mewarnai Puzzle
Ayat Hafalan
Kisah Para Rasul 1:11b ...Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.
Bahan Ajar PAR 21 Mei 2017 Tema : “Setia pada Janji” (2 Samuel 9:1-13) Tujuan : - Anak-anak tahu Tuhan mengasihi orang yang setia - Anak-anak mau setia pada janjinya kepada Tuhan bahkan sesama - Anak-anak belajar untuk rendah hati
Pokok Renungan
Dalam cerita sebelumnya, setelah Daud mengambil tombak dan kendi yang terletak disamping kepala Saul yang sedang tertidur, kemudian mengembalikannya kepada Saul, sebagai tanda bahwa ia setia dan menghormati Saul sebagai orang yang diurapi Tuhan, Daud kemudian pergi meninggalkan tanah Israel dan berdiam di daerah orang Filistin. Sejak saat itu, Daud tidak pernah lagi bertemu Saul maupun Yonatan. Setelah beberapa waktu berdiam di daerah orang Filistin, beberapa raja meminta agar Daud disuruh pergi dari antara orang Filistin, karena mereka takut suatu saat ia akan membunuh mereka, sehingga Daud bersama orang-orangnya pulang kembali ke daerah Israel. Tidak lama kemudian ia mendengar kabar kematian Saul dan Yonatan yang membuatnya sangat berduka dan setelah itu ia dinobatkan menjadi raja atas Yehuda. Namun masih ada Isyboset salah satu anak Saul yang juga dinobatkan menjadi raja atas Israel yang menentang dan berperang dengan Daud. Isyboset bersama Abner, bekas panglima tentara Saul atas nama keluarga Saul berperang dengan Daud untuk memperebutkan wilayah Yehuda sebagai bagian utuh dari Israel, namun semakin lama kekuatan keluarga Saul semakin melemah. Sementara itu kebencian dan dendam antara orang-orang yang berperang kemudian menyebabkan Abner maupun Isyboset mati dibunuh yang juga membuat Daud berduka dan juga kemudian memadamkan peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud. Setelah tidak lagi terjadi peperangan, Daud dinobatkan menjadi raja atas Israel secara utuh termasuk Yehuda. Setelah menjadi raja ia memenangkan banyak perang dnegan bangsa-bangsa asing dan kemudian merebut Yerusalem dan mendirikan istana di situ dan menamainya kota Daud. Setiap kemenangannya membuat Daud semakin yakin bahwa Tuhan yang menegakkan dia sebagai raja atas Israel (2 Sam 5:12). Kemenangannya itu juga membuat semua bangsa asing menjadi takut kepada bangsa Israel, kejayaan yang sangat besar bagi Daud karena kemenangan-kemenangannya membuat keadaan Israel menjadi aman. Dalam kenyamanan hidupnya itu, Daud teringat akan janjinya kepada Yonatan (1 Samuel 18:1-4; 20:15-17) juga kepada Saul (1 Sam 24:21-22), karena itu ia meminta untuk mencari orang dari keluarga Saul yang masih hidup (ay. 1) dan dipatinya Mefiboset, anak Yonatan yang masih hidup. Daud mengambil Mesfiboset dan menempatkannya sebagai orang terhormat di istananya. Mefiboset yang sudah cacat sejak kecil dan merasa diri tidak pantas untuk menerima kebaikan Daud. Apalagi keluarganya, keluarga Saul, adalah keluarga yang sangat memusuhi Daud, mungkin saja terpikir olehnya Daud akan membunuhnya karena ia adalah musuh Daud. Namun Daud meyakinkan Mefiboset tentang niatnya untuk menjaga dan memelihara keluarga Saul sebagai wujud kesetiaannya pada janji dan sumpah yang diucapkannya sendiri kepada Yonatan maupun Saul. Hal menarik yang dapat dipelajari dan diajarkan adalah sikap Daud yang begitu setia kepada janji yang dinyatakannya, walaupun dalam kenyamanan hidupnya, tidak membuat ia terlena dan melupakan keluarga Saul yang dulu begitu memusuhinya. Seringkali kita juga anak-anak cepat lupa akan apa yang kita janjikan atau nazarkan ketika kita sudah menikmati sesuatu yang menyenangkan, kita gampang terlena jika berada dalam kenyamanan, sebaliknya kita cepat-cepat berjanji kalau mengharapkan sesuatu, baik kepada orang tua, teman bahkan kepada Tuhan. Bersikap setia pada janji seperti Daud ini juga memang mebutuhkan kerendahan hati dari seorang yang sudah berada dipuncak kekuasaan, karena kerendahan hatinya Daud mau menepati janjinya sekalipun kepada orang kecil dan tidak berdaya seperti Mefiboset
Bahan Ajar PAR 14 Mei 2017 Tema : “Jangan berpaling dari Tuhan” (1 Samuel 28:1-25) Tujuan : - Anak-anak tahu Tuhan selalu menyertai dalam setiap keadaan hidup kita - Anak-anak mau setia kepada Tuhan dalam segala keadaan hidupnya
Pokok Renungan
Saul adalah raja yang hebat yang diberikan kemampuan oleh Tuhan untuk mengalahkan musuh-musuh bangsa Israel, dan pada dasarnya Saul sadar akan hal itu, bahwa setiap pertempuran yang dilakukannya dimenangkan karena ada penyertaan Tuhan. Namun seiring berjalan waktu, dalam kemegahannya sebagai raja dan kemenangan-kemenangan yang diperolehnya ia menjadi tidak setia dan sabar mengikuti petunjuk dari Tuhan. Dari kisah perjalanan Saul selama menjadi raja Israel menunjukkan bahwa ia adalah seorang dengan pribadi yang tidak teguh. Walaupun ia adalah orang yang percaya kepada Tuhan dan selalu meminta petunjuk dari Tuhan tetapi seringkali juga ia tidak sabar menunggu jawaban dari Tuhan dan mengambil tindakan sendiri. Hal itu yang membuat ia ditolak oleh Tuhan. Dan ia tahu bahwa Tuhan memang menolaknya seperti yang disampaikan oleh Samuel sebelum nabi itu mati (1 Sam 13:13-14) juga ia tahu bahwa Daud akan menggantikannya sebagai raja. Keadaan yang sudah diketahuinya itu bukan membuat Saul sadar dan berbalik atau menyerahkan diri kepada keputusan Tuhan melainkan ia berusaha untuk mengambil jalannya sendiri. Dari cerita yang lalu kita dapat melihat bagaimana ia sebenarnya sudah sadar bahkan takut ketika mendapati Daud yang ingin disingkirkannya selalu berhasil lolos bahkan tidak pernah membalas kejahatan yang dilakukannya walaupun memungkinkan. Harusnya ia bisa mengambil sikap mengalah dan menyerahkan kekuasaannya kepada Daud tetapi ia memilih untuk mempertahankan kekuasaannya. Dalam bacaan hari ini diceritakan kisah dimana ia harus berhadapan lagi dengan musuh bangsa Israel. Dan sebagaimana yang ia percaya dan yakini, ia meminta petunjuk kepada Tuhan. Tapi tidak ada petunjuk yang didapatkannya, keadaan lebih buruk baginya karena Samuel, sang nabi yang selalu menyampaikan firman dari Tuhan sudah meninggal. Menghadapi keadaan itu, Saul masih gigih berusaha mendapat petunjuk dari Tuhan. Sebenarnya hal itu nampak baik, tetapi disitulah kesalahan yang sering dilakukan Saul. Ia tidak sabar dan setia menunggu cara atau jalan Tuhan, bahkan ia nampak berusaha memaksa Tuhan untuk menjawab permintaannya. Sama seperti kejadian di Gilgal dimana Saul memaksa untuk mendapat petunjuk Tuhan (1 Sam. 13) disini juga Saul memaksa agar bisa bertemu dengan Samuel, yang sudah mati, agar Samuel memberikan kepadanya petunjuk dari Tuhan. Kesalahan yang sama dilakukannya, bahkan kali ini dengan melakukan juga hal yang merupakan kekejian dimata Tuhan, yaitu dengan melakukan spiritisme yang dilarang oleh Tuhan (Ul 18:9-12; bd. Im 19:31; 20:6). Bagi Saul sendiri mungkin ini satu-satunya jalan yang dapat dipikirkannya untuk disaat ia sudah benar-benar terdesak. Tetapi bagaimanapun baik maksudnya untuk mendapat petunjuk Tuhan tentunya hal yang dilakukan itu salah. Dan itu bukanlah kesalahan yang pertama melainkan kesalahan yang kesekian kali yang dilakukannya karena ia tidak pernah mau merubah sikapnya sejak Samuel masih hidup dan Tuhan masih bersedia memberikan petunjuk baginya. Dari kisah ini dapat kita renungkan dan ajarkan kepada anak-anak:
Seperti Saul yang selalu meminta petunjuk Tuhan. Dalam berbagai keadaan yang kita alami, adalah benar jika berserah kepada Tuhan dan mempercayakan tangan Tuhan yang bekerja, tapi tetaplah setia meskipun mungkin apa yang Tuhan tentukan tidak sesuai dengan harapan kita.
Jangan seperti Saul. Kita tidak punya hak memaksakan keinginan kita / menuntut Tuhan menjawab apa yang kita minta/tanyakan/ doakan tetapi tetaplah menantikan jawabanNya sambil tetap setia berjalan pada apa yang sudah diajarkan dalam firmanNya.
Sadar dan kembalilah kepada Tuhan ketika Ia menegur kita dari hal yang kecil dan jangan berpaling dari Tuhan, karena jika kita berpaling dari Tuhan untuk hal yang kecil, semakin lama akan sulit bagi kita untuk kembali kepadaNya, seperti Sail yang semakin lama semakin jauh dari Tuhan bahkan ditolak oleh Tuhan
Bahan Ajar PAR 07 Mei 2017 Tema : “Jangan membalas jahat dengan jahat” (1 Samuel 26:1-25) Tujuan : - Anak-anak tahu bahwa Tuhan berkenan kepada orang-orang yang mengampuni sesamanya - Anak-anak mau mengampuni orang yang bersalah kepadanya
Pokok Renungan
Daud merupakan salah satu tokoh besar dalam sejarah Israel. Kisah hidupnya tertulis secara mendetail dalam kedua kitab Samuel dan 1 Tawarikh, demikian juga apa yang dirasakannya yang kemudian ditulis dalam bentuk pujian dalam Mazmur. Dari kisah perjalanan kehidupan Daud yang tercatat dalam kitab-kitab ini, ada banyak hal tentang pergumulan hidup yang dapat dijadikan pelajaran bagaimana hubungan manusia dalam segala keterbatasannya yang selalu berusaha dekat dengan Tuhan. Salah satu kisah menarik tentang pergumulan yang menjadi bacaan kita hari ini adalah tentang bagaimana sikap Daud menghadapi tekanan dari orang yang dikashi dan dihormatinya, Saul. Dari cerita minggu lalu (1 Samuel 18), diceritakan tentang bagaimana bibit permusuhan Saul kepada Daud mulai timbul karena perasaan iri hati, semakin hari kebencian Saul itu semakin besar sehingga kemudian tidak aman lagi bagi Daud untuk tetap berada dekat dengan Saul. Dan dapat dibaca dalam 1 Samuel 19, atas bantuan dari anak-anak Saul sendiri, Yonatan sahabatnya dan Mikhal istrinya, Daud melarikan diri agar selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan oleh Saul. Disini dapat dibayangkan bagaimana perasaan Daud, ia merasa tertekan bukan oleh musuh yang harus dilawan olehnya tetapi oleh orang yang harusnya saling mengasihi dan saling melindungi dengannya. Ia juga tidak bisa melawan, terlebih karena ia mengasihi dan menghormati Saul sebagai orang yang diurapi oleh Tuhan. Apa yang Daud alami dan rasakan dalam pelariannya jelas juga diungkapkan dalam nyanyian ratapan dan permohonan Daud dalam Mazmur. Daud sendiri tidak pernah melawan, melainkan ia hanya terus berlari menghindar dari kejaran Saul dan pasukannya. Namun tanpa melawanpun Daud diberi kesempatan untuk dapat mengalahkan Saul. Kejadian pertama di padang gurun En-Gedi (1 Samuel 24) Daud memiliki kesempatan untuk membunuh Saul dan mengakhiri pelariannya, namun Daud tidak melakukannya karena ia menghormati Saul, orang yang membencinya. Dan kesempatan baginya untuk membunuh Saul terjadi lagi di bukit Hakhila, disini pun Daud seharusnya sangat mudah untuk membunuh Saul. Tetapi ia tidak melakukannya, melainkan ia berusaha lagi untuk meyakinkan Saul bahwa ia mengasihi dan menghormati Saul dengan harapan Saul mau bertobat. Dari sikap yang ditunjukkan Daud terhadap Saul ini ada beberapa hal menarik yang dapat dipelajari dan diajarkan kepada anak-anak:
Mengasihi setiap orang, bahkan yang memusuhi kita. Daud begitu mengasihi dan menghormati Saul sebagai orang yang diurapi Tuhan. Yang dilain pihak sebenarnya sangat memusuhi Daud dan menginginkan kematiannya. Bagi kita orang percaya sikap ini mungkin berlebihan tetapi Tuhan Yesus sendiri, menegaskan lebih dari itu saat mengajarkan kepada kita untuk mengasihi musuh bahkan kharus berdoa bagi orang yang membenci kita. (Luk 6:27-36)
Jangan membalas jahat dengan jahat. Daud punya kesempatan untuk membalas kejahatan yang Saul lakukan kepadanya namun ia menolak untuk melakukannya sebaliknya ia berusaha untuk menyadarkan Saul. Tuhan Yesus juga menegaskan tentang hal itu yaitu kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan (Mat 5:38-42 bnd. Rom 12:14-21.; 1Tes 5:15; 1Pet 3:9)
Tuhan yang berhak menghukum orang atas kejahatannya kepada kita. Daud secara sadar tahu bahwa pembalasan atas kejahatan itu adalah hak Tuhan, bukan haknya sebagai manusia (ayat 10 bnd. Roma 12:14-21; Ibrani 10:30)