Blog ini berisi Bahan Ajar / Cerita Sekolah Minggu dalam Bahasa Indonesia, silakan dipakai / dikutip secara bebas dan gratis karena Firman Tuhan bebas untuk diberitakan dan diketahui oleh semua orang

This blog contains materials for Sunday School Sermon. The sermon materials are written in Indonesian, but I hope the activities and images contained can be used by anyone with any language, please feel free to use it

Friday, December 2, 2016

Bersiap menyambut Tuhan (Lukas 3:1-14)

Bahan Ajar PAR 04 Desember 2016
Tema : “Bersiap menyambut Tuhan” (Lukas 3:1-14)
Tujuan :
- Anak-anak tahu bahwa harus ada pertobatan dan hati yang baik untuk menyambut Tuhan
- Anak-anak mau menunjukkan pertobatan dan menjaga sikap yang baik yang berkenan kepada Tuhan

Pokok Renungan

Kisah tentang Yohanes Pembaptis menyampaikan pesan untuk bertobat ini dapat dibaca dalam keempat Injil, namun dalam Lukas yang paling mendetail tentang waktu, tempat dan apa yang terjadi.
Walaupun Yohanes Pembaptis bukan Mesias, namun dapat kita baca juga dalam Lukas 1, sebelum lahirpun ia sudah dipersiapkan menjadi pembuka jalan, mendahului Tuhan Yesus (bnd. Luk. 1:14-17).
Setelah cerita kelahirannya, hanya ada catatan bahwa ia bertambah besar dan kuat dan tinggal di padang gurun (Luk. 1:80)
Sebagaimana nabi-nabi zaman Perjanjian Lama, Yohanes juga apa yang disampaikan oleh Yohanes adalah apa yang diperintahkan oleh Tuhan (ayat 2 bnd. Yer. 1:2). Selayaknya Yohanes juga disebut sebagai seorang nabi. Dan sebagaimana nabi-nabi pada masa PL, Yohanes juga diutus untuk menyampaikan pesannya kepada suatu bangsa/masyarakat (ayat 3) untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Sebagai tanda dan materai bagi mereka yang bertobat dan kembali kepada Tuhan, setiap orang yang bertobat dibaptis dengan air di sungai Yordan.
Dalam ayat 4-6, Yohanes menegaskan kembali dan menggenapi nubuat yang disampaikan oleh nabi Yesaya tentang perlunya persiapan untuk menyambut kedatangan Tuhan (bnd Yes. 40:3-5).
Lebih lanjut, Yohanes menjelaskan maksud nubuat yang telah disampaikan itu (ayat 11-14) bahwa yang dimaksudkan adalah bagaimana mempersiapkan hati/diri untuk  menyambut kedatangan Tuhan. 
Persiapan diri/hati dalam pengajaran Yohanes ini ditekankan pada pentingnya perubahan sikap dan kebiasaan yang lama, yang tidak berkenan kepada Allah, dengan sikap yang baru yang berkenan kepada Allah, dan itulah yang disebut ‘bertobat’. Hanya dengan cara itu pula ada pengampunan dosa dari Allah.
Pertobatan harus ditindaklanjuti dengan suatu keinginan untuk menjauhkan diri dari dosa, sebagaimana Yohanes menyerukan semua orang yang bertobat kemudian memberikan diri untuk dibaptis sebagai tanda dan materai.
Karena itu, setiap orang yang telah bertobat seharusnya tidak lagi kembali kepada jalan yang salah.
Dengan keinginan yang kuat serta keteguhan hati untuk tetap hidup berkenan kepada Tuhan saja yang membuat seseorang layak menyambut kedatangan Tuhan.
Kepada anak-anak dapat diajak untuk memperhatikan sikap dan tingkah lakunya setiap hari yang harus berkenan kepada Tuhan. Jika ada hal buruk yang biasa dilakukannya, ajak anak-anak untuk mulai merubahnya dan mau berjanji untuk tidak melakukannya lagi.


Cerita



Alat Peraga

Aktivitas

Teka-teki Silang 1

Teka-teki Silang 2

Mewarnai

Menghubungkan gambar

Ayat Hafalan

..

Sunday, October 23, 2016

Kuasa Doa (Kisah Para Rasul 12:1-19)

Bahan Ajar PAR 23 Oktober 2016
Tema : “Kuasa Doa” (Kisah Para Rasul 12:1-19)
Tujuan :
- Anak-anak tahu bahwa doa yang benar sangat besar kuasanya
- Anak-anak mau berdoa dan berserah kepada Tuhan dan menyerahkan hidupnya dalam rancangan Tuhan

Pokok Renungan

Bacaan hari ini memuat kisah tentang 2 orang murid Tuhan Yesus, Yakobus dan Petrus. Bagian awal (ayat 1-2) menyinggung secara ringkas tentang bagaimana Yakobus mati, sedangkan sisanya, mulai ayat 3 menceritakan tentang Petrus.
Dalam cerita ini, apa yang dialami oleh kedua murid Tuhan Yesus ini bertolak belakang, yang satu mati sementara yang satu lolos dari kematian.
Walapun secara singkat diceritakan tentang mengapa dan bagaimana Yakobus dibunuh, kita dapat melihat bahwa kematiannya adalah sebagai martir dimana ia mati karena nama Yesus. Nampak bahwa Herodes memang menyuruh membunuh Yakobus karena ia memberitakan Firman Tuhan.
Mungkin yang akan menjadi pertanyaan, mengapa Yakobus mati sedangkan Petrus lolos dari kematian, apakah karena Petrus didoakan sedangkan Yakobus tidak?
Tentu saja semua rasul selalu berdoa dan didoakan oleh para jemaat waktu itu bahkan jemaat mula-mula senantiasa berdoa bersama (bnd. Kis 1:14; 2:42; 4:24-31).
Apakah ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak adil?
Tentu saja tidak. Dari semua rasul, selain Yudas Iskariot, hanya Yakobus yang kematiannya tercatat dalam Alkitab, dan ini dapat dipahami sebagai sebuah kehormatan baginya sebagai martir pertama dari antara para murid Tuhan Yesus. Ini tentu adalah bagian dari rencana dan kehendak Tuhan bagi dirinya (bnd. Mrk. 10:35-41). Sementara Petrus, Tuhan punya rencana lain untuknya. 
Cerita tentang lolosnya Petrus dari penjara juga menampilkan sebuah kisah supranatural, diluar pemikiran para jemaat yang setia mendoakan Petrus. Tentunya mereka berdoa mengharapkan agar Petrus dibebaskan namun mereka tentu tidak pernah memikirkan cara Petrus lolos dengan diselamatkan oleh malaikat.
Bahkan dalam pikiran mereka, mungkin Petrus akan mati (bnd. ayat 15), tapi mereka tetap setia mendoakannya. 
Cara Tuhan meloloskan Petrus dari penjara juga mengajarkan kepada jemaat bahwa Tuhan punya berbagai cara, bahkan yang ajaib sekalipun, untuk menolong umatNya sehingga tidak ada satupun rencana Tuhan yang bisa digagalkan oleh manusia bahkan oleh orang paling berkuasa sekalipun.
Hal penting dan menarik yang dapat dipelajari dan diajarkan dari kisah ini adalah:

  • Berdoa merupakan bagian dari kehidupan umat Allah. Jemaat mula-mula menunjukkan betapa pentingnya berdoa dalam segala keadaan, baik dalam penganiayaan dan penderitaan maupun dalam sukacita.
  • Tuhan berhak menentukan apa yang terjadi pada diri kita, karena itu berserahlah kepada rancangan Tuhan dalam setiap doa dan pengharapan. Tuhan akan menjawab sesuai rencanaNya dalam hidup kita. Sebagaimana jemaat mula-mula menyerahkan sepenuhnya kepada rancangan Tuhan apapun yang akan dialami oleh Petrus.
  • Tuhan punya kuasa jauh diatas apa yang bisa kita pikirkan, karena itu berdoa dan mintalah kepadaNya serta yakinlah bahwa Tuhan mampu melakukan apapun dalam hidup kita tapi tentu Ia akan menjawab sesuai dengan rencanaNya dalam hidup kita.



Cerita Kelas kecil



Cerita Kelas Besar



Alat peraga

Gambar peraga

Aktivitas

Mewarnai

Menulis Doa

Teka-teki silang

Ayat Hafalan

Yakobus 5 : 16b
Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Saturday, October 15, 2016

Bertekun dalam Doa (Lukas 18:1-8)

Bahan Ajar PAR 16 Oktober 2016
Tema : “Bertekun dalam Doa” (Lukas 18:1-8)
Tujuan :
  • Anak-anak tahu bahwa Tuhan Yesus menginginkan setiap orang untuk bertekun dalam doa
  • Anak-anak mau berdoa dan selalu melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupannya setiap hari 

Pokok Renungan

Maksud dan tujuan perumpamaan dalam bacaan hari ini sudah dipaparkan di ayat 1, kita diajarkan untuk selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Ini menggambarkan bahwa umat Allah adalah umat harus selalu berdoa dan berkomunikasi dengan Allah. 
Dua tokoh sentral dalam perumpamaan ini adalah seorang hakim yang lalim dan seorang janda.
Hakim ini punya tabiat yang tidak terpuji. Ia tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapapun. Hal ini cukup menggambarkan bahwa ia adalah seorang yang tidak berperikemanusiaan / kejam / lalim.
Sementara janda ini nampaknya adalah seorang yang tidak punya apa-apa, ia tidak mampu membayar seorang pembela untuk membela haknya, dan walaupun ia tahu hakim itu adalah seorang yang lalim namun ia hanya bisa berharap kepada hakim itu. Selain itu, hal ini menggambarkan bahwa janda itu benar, karenanya ia berusaha mencari keadilan walaupun resikonya ia sendiri bisa dihukum karena mengganggu si hakim.
Permintaan si janda yang tidak jemu-jemu menyusahkan sang hakim (ayat 5), karena itu sang hakim yang terkenal lalim ini akhirnya membenarkan janda yang gigih ini. Dari perumpamaan ini Tuhan Yesus menunjukkan betapa besarnya kuasa yang bisa ditimbulkan dari kegigihan dan ketekunan pada diri manusia. Tanpa hal lain, hakim yang lalim itu bertindak bukan karena keadilan atau rasa kasihan, namun murni karena kegigihan janda itu.
Perumpamaan ini tidak menggambarkan Allah sebagai hakim yang lalim namun memberi perbandingan bahwa seorang yang kejam dan tidak mengenal kasih pun bisa luluh karena kegigihan, apalagi Allah yang penuh kasih.
Perumpamaan ini dipakai oleh Tuhan Yesus untuk mendorong umat Allah supaya berdoa dengan iman dan kegigihan, dan bertekun di dalamnya. Tuhan Yesus menjamin bahwa Allah akan bermurah hati kepada umat-Nya (ayat 7).
Walaupun ada jaminan itu, Tuhan Yesus juga mengingatkan bahwa yang dibenarkan adalah mereka yang beriman kepada-Nya, yaitu mereka yang melakukan kehendak-Nya (ayat 8; bnd. Mat. 7:21-23).
Sebagaimana janda dalam perumpamaan ini hanya bisa memohon kepada hakim yang lalim itu, memberikan gambaran tentang ketidakberdayaan janda itu, walaupun ia dalam posisi yang benar namun ia percayakan nasibnya kepada keputusan hakim itu, ia hanya bisa memohon kepada hakim itu, penyerahan diri sepenuhnya juga harusnya ditunjukkan oleh setiap umat Allah yang berseru dan memohon kepada Allah. Apapun yang menjadi jawaban Allah atas doa kita, yang akan terjadi dalam hidup kita, biarlah itu menjadi kehendak Allah.
Dari perumpamaan ini, ada beberapa hal yang bisa ditanamkan dalam diri anak-anak, diantaranya:

  • Anak-anak harus belajar berdoa dan mau berdoa, karena beroda adalah hal yang penting, Tuhan Yesus sendiri mengajarkan pengikut-Nya untuk selalu berdoa.
  • Ada jaminan bahwa Tuhan akan mendengar setiap doa yang disampaikan oleh anak-anakNya.
  • Berdoa yang benar adalah yang berserah kepada keputusan Tuhan, biarkan Tuhan bekerja dan berkarya dalam hidup anak-anak.
  • Tuhan mendengarkan doa orang-orang yang beriman dan melakukan kehendakNya, karena anak-anak juga harus selalu melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupannya.



Alat Peraga

Gambar Peraga


Aktifitas

Mewarnai

Maze
Hiasan dinding doa ‘Bapa Kami’ 


Ayat Hafalan

Matius 7 : 11b
“Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

Friday, October 7, 2016

Saya Bisa Melayani (Kisah Para Rasul 9:32-43)

Bahan Ajar PAR 09 Oktober 2016
Tema : “Saya Bisa Melayani” (Kisah Para Rasul 9:32-43)
Tujuan :
- Anak-anak tahu bahwa Tuhan memberikan semua orang kemampuan untuk melayani
- Anak-anak mau melayani Tuhan dengan kemampuan yang Tuhan berikan.


Pokok Renungan

Bacaan Alkitab hari ini berkisah seputar masa awal perkembangan Kristen, dimana melalui pelayanan yang dijalankan oleh para rasul dalam tuntunan Roh Kudus, menghasilkan banyak orang menjadi percaya dan menjadi pengikut Kristus.
Dalam tanggung jawabnya, sebagaimana yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus (bnd. Mat. 28:16-20), Petrus mengunjungi jemaat-jemaat yang sudah ada dan memberitakan injil kepada mereka yang belum percaya, termasuk mengujungi Lida, dimana di tempat itu sudah ada pengikut Kristus, walaupun mungkin belum banyak. Di tempat itu Petrus menunjukkan kuasa Allah melalui kesembuhan Eneas yang sudah tidak bisa bangun karena sakit selama 8 tahun, dan karena mujizat itu, semua penduduk di Lida juga Saron menjadi percaya dan mengikut Tuhan.
Kemampuan yang Tuhan berikan kepada Petrus, dipakainya untuk memberitakan injil dan mengenalkan Kristus kepada orang banyak. Disini kita perhatikan bahwa petrus tetap berpusat pada Kristus sebagai sumber segala kemampuan itu (ayat 34).
Hal yang sama juga dilakukan Petrus di  Yope.  Yope adalah sebuah kota di tepi laut, sekitar sepuluh mil (16 Km) sebelah barat laut Lida.
Yang menarik adalah, di kota ini ada seorang perempuan bernama Tabita yang digambarkan sebagai seorang yang baik hati, ia juga seorang murid Tuhan, sangat disayangi oleh orang-orang Kristen.
Karena sangat baik dan disayangi oleh banyak orang, ketika ia mati, banyak orang merasa sedih dan merasa kehilangan bahkan nampak bahwa mereka berharap ia dapat hidup kembali. Ini ditunjukkan dengan upaya mereka memanggil Petrus yang saat itu ada di Lida.
Apa yang dilakukan oleh Tabita ini dengan kemampuannya sebagai seorang pembuatan pakaian (ayat 39) terutama perhatiannya yang besar kepada para janda, yang merupakan orang-orang susah, merupakan sebuah bentuk pelayanan sebagaimana yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya.
Kebaikan Tabita yang diceritakan dalam bacaan ini menunjukkan kepada kita bahwa ada banyak cara untuk melayani dan menyampaikan kasih Tuhan kepada sesama, tidak hanya dengan berkhotbah seperti yang dilakukan Petrus dan rasul-rasul saja tetapi ketika kita mau memanfaatkan kemampuan kita untuk kebaikan bagi orang lain, itu merupakan bentuk pelayanan juga sebagai wujud pemberitaan firman Tuhan melalui perbuatan kita sebagai pengikut Kristus.
Tapi satu hal yang patut diwaspadai juga bahwa pelayanan yang kita lakukan dengan kemampuan kita dapat membuat kita lupa diri bahkan sombong dan merasa mampu melakukan sendiri tanpa Tuhan. Untuk itu sebagaimana yang Petrus lakukan, semua yang kita lakukan juga harus atas dasar kepercayaan dan iman kepada Yesus Kristus, serahkan semua pelayanan kita hanya kepada Tuhan Yesus.
Kepada anak-anak dapat diajarkan bahwa yang Tuhan harapkan dari anak-anak adalah sebagaimana Tabita dengan kemampuannya melayani orang-orang yang membutuhkan, anak-anak juga diminta untuk melakukan kebaikan kepada orang lain dan melayani Tuhan dengan kemampuan yang mereka miliki.
Dan ajar juga anak-anak untuk selalu melakukannya dengan tetap bersandar dan berpusat pada Tuhan Yesus. Karena sebagaimana Allah bekerja melalui Petrus untuk mengadakan kesembuhan dan membangkitkan orang mati, Dia juga bekerja melalui Dorkas dengan perbuatan-perbuatan kebaikan hati dan kasih, dan Dia juga akan berkerja melalui anak-anak dengan segala kemampuan yang mereka miliki. 


Cerita Kelas Kecil


Cerita Kelas Besar



Alat Peraga

Gambar Peraga

Aktivitas

Mewarnai

Sunday, October 2, 2016

Kepercayaan yang Benar (Kisah Para Rasul 8:4-25)

Bahan Ajar PAR 02 Oktober 2016
Tema : “Kepercayaan yang Benar” (Kisah Para Rasul 8:4-25)
Tujuan :
- Anak-anak tahu bahwa karunia keselamatan adalah anugerah Tuhan
- Anak-anak tahu bahwa anugerah bukan sesuatu yang bisa dibeli atau harus dibayar
- Anak-anak mau mengikut Tuhan karena mereka mengasihi Tuhan

Pokok Renungan
Bacaan hari ini terbagi dalam 2 perikop, yang pertama menceritakan tentang pertobatan yang dialami oleh seorang penyihir bernama Simon dan pada perikop kedua berisi teguran Petrus kepada Simon si Penyihir.
Kisah ini sendiri tidak semata-mata bercerita tentang Simon si Penyihir, lebih luas diceritakan tentang pertobatan dan baptisan yang diterima oleh orang-orang Samaria setelah diinjili oleh Filipus. Orang-orang Samaria sendiri memilih untuk bertobat setelah mendengar pemberitaan tentang Mesias yang disertai dengan tanda-tanda kuasa yang ditunjukkan oleh Filipus (ayat 4-8).
Adapun Simon si Penyihir sendiri kemudian memilih untuk menerima baptisan dan mengikuti Filipus karena ia merasa Filipus lebih hebat dari dirinya yang selama ini dianggap hebat dan puja oleh orang-orang Samaria (ayat 9-11). Nampak bahwa ia merasa kalah dibanding Filipus karenanya ia bermaksud mengikuti Filipus sehingga ia bisa mempelajari kuasa/kehebatan yang ditunjukkan oleh Filipus.
Pertobatan dan baptisan yang diterima Simon si Penyihir ini hanyalah sebuah cara untuk mendapatkan sesuatu yang lebih menarik dari pada apa yang sudah didapatkannya selama ini, sementara kesadaran untuk mengikut Tuhan Yesus sebagai Mesias belum ada dalam dirinya. Bahkan nampaknya orang Samaria yang bertobat saat itu juga belum menerima Tuhan Yesus dalam diri mereka secara utuh, sebab belum ada Roh Kudus yang berdiam dan bekerja dalam diri mereka sebagai orang percaya.
Karena itu Petrus dan Yohanes kemudian memutuskan untuk mendatangi orang-orang Samaria itu dan memohon kepada Tuhan agar atas diri orang-orang yang telah bertobat itu dicurahkan Roh Kudus (ayat 14-15).
Pencurahan Roh Kudus yang dilakukan oleh Petrus dan Yohanes itu mendapat perhatian dari Simon si Penyihir. Baginya mungkin ini kunci dari ilmu yang ingin ia pelajari ketika memutuskan mengikuti Filipus. Dan karena dalam dirinya juga belum ada Roh Kudus yang bekerja untuk menyadarkan atas dosa dan kesalahannya, nampaknya ia bahkan berpikir bahwa pertobatan dan baptisan yang diterimanya hanyalah sebuah cara atau persayaratan yang sama seperti cara-cara duniawi lainnya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Mungkin sebelumnya ia pernah mengikuti berbagai ritual untuk mendapatkan atau mempelajari ilmu sihir yang ia miliki dan saat ini ia menganggap baptisan yang diterima sama seperti itu. Dan dengan cara duniawi pula ia mencoba untuk memperoleh kuasa yang sama seperti yang dimiliki oleh para rasul, yaitu dengan cara membeli.
Namun teguran Petrus yang keras (ayat 20-23) memberikan penegasan yang penting bagi Simon si Penyihir, orang-orang Samaria bahkan kita saat ini bahwa kuasa Allah tidak dapat dibeli, baik dengan uang maupun kemampuan yang kita miliki, dan juga kuasa dari Allah bukan untuk kepentingan atau kebangggan pribadi, apa yang Allah berikan semata-mata untuk kemuliaan namaNya, bukan untuk keuntungan pribadi.
Kepada anak-anak dapat kita ajarkan 2 hal tentang sikap yang benar sebagai pengikut Tuhan Yesus.
Yang pertama, kepercayaan kepada Tuhan Yesus bukanlah suatu jimat atau mantra yang bisa menghasilkan segala seuatu yang kita inginkan, jangan bersikap seperti Simon si Penyihir yang berharap dengan percaya dan dibaptis akan mendapat kuasa yang besar untuk melakukan sihirnya demi kebanggan dan keuntungan pribadinya. Anak-anak jangan berharap menjadi pintar dengan menjadi pengikut Tuhan Yesus tanpa mau belajar.
Yang kedua, bahwa apapun yang kita lakukan atau berikan untuk pekerjaan Tuhan, semata-mata untuk memuliakan nama Tuhan dan jangan lakukan untuk kemuliaan atau keuntungan diri kita sendiri. Berkat dan karunia dari Tuhan adalah pemberian Tuhan semata dan bukan hasil dari upaya kita karena itu jangan berpikir untuk membayar atau membeli berkat atau karunia Tuhan. Kita memberikan persembahan baik materi maupun diri kita sebagai respon atas kasih dan kemurahan yang Tuhan sudah anugerahkan kepada kita bukan untuk membayar atau membeli kasih dan karunia Tuhan.


Cerita Kelas Kecil



Cerita Kelas Besar



Alat Peraga

Gambar Peraga

Aktivitas

Maze

Cari Kata

Ayat Hafalan

Efesus 2:8-9
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.


Sunday, September 25, 2016

Peduli Kepada Sesama (Lukas 16:19-31)

Bahan Ajar PAR 25 September 2016
Tema: “Peduli kepada sesama” (Lukas 16:19-31)
Tujuan:
- Anak-anak tahu bahwa Tuhan Yesus mau orang percaya peduli kepada sesama
- Anak-anak mau peduli kepada sesama sebagai ungkapan syukur atas kasih dan berkat Tuhan yang mereka rasakan


Pokok Renungan

Cerita tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin ini ingin menggambarkan tentang upah mengikut Tuhan setelah kematian tubuh jasmani. Hal ini untuk mengingatkan dan menyadarkan kita agar tidak terlena dalam dosa. Cerita ini juga mengajarkan bagaimana menjadi pribadi yang siap mengalami penderitaan bahkan kemiskinan, juga bagaimana melawan godaan duniawi dan kesenangan jasmani. Dari bacaan ini dapat dilihat dua bagian menarik:

Bagian kehidupan yang sedang kita jalani
Sampai dengan ayat 22a dan 23a, digambarkan tentang bagaimana keadaan kehidupan dari 2 orang tokoh dalam cerita ini: orang kaya dan Lazarus yang miskin.
Mereka hidup di dunia yang sama namun dalam keadaan yang berbeda. Orang kaya selalu berpakaian yang bagus dan suka bersenang-senang dengan kemewahannya, sementara Lazarus dengan keterbatasan dan kekurangannya, hidup dalam penderitaan, bahkan untuk makan saja ia hanya bisa berharap dari apa yang terbuang. Gambaran kehidupan yang terjadi di dunia ini, ada yang kaya dan yang miskin.
Kecenderungan dunia ini menempatkan kekayaan sebagai lambang keberhasilan bahkan lebih buruk lagi ada anggapan bahwa yang mendapat kekayaan adalah yang diberkati Tuhan yang miskin tidak diberkati Tuhan.
Cerita ini tidak menggambarkan bahwa kekayaan itu dosa, tentunya kekayaan yang didapat dengan cara yang benar, juga dalam cerita ini tidak digambarkan bahwa orang kaya itu menindas atau merampok orang lain. Jadi pada dasarnya ia baik-baik saja dengan kekayaan yang dimilikinya.
Kemiskinan juga bukan dosa, tetapi bukan berarti orang boleh malas-malasan sehingga menjadi miskin, apalagi menjadi alasan orang melakukan kejahatan karena miskin. Dalam cerita ini juga tidak digambarkan Lazarus mencuri atau melakukan kejahatan lain untuk mendapat makanan dan bertahan hidup.
Cerita ini, walaupun sepintas (ayat 19b), menggambarkan ketidakpedulian orang kaya itu, dengan begitu banyak kekayaan yang dimilikinya ia terlena dan hidup bersukaria dalam kemewahannya. Bahkan Lazarus yang tentunya kelihatan kelaparan di depan matanyapun tidak dipedulikannya. Sementara Lazarus dalam kekurangannya tidak nampak digambarkan melakukan suatu kejahatan walaupun dia sangat kelaparan, ia hanya menunggu apa yang boleh dia ambil yang terbuang dari meja orang kaya.
Sampai ayat 22a dan 23a, kehidupan yang baik dalam pandangan dunia adalah kehidupan orang kaya, sementara kehidupan Lazarus bukan kehidupan yang baik.

Bagian kehidupan yang akan kita jalani
Pada ayat 22b, 23b sampai 31 memberikan gambaran tentang kehidupan yang lain yang harus dijalani oleh 2 tokoh dalam cerita ini.
Setelah mereka berdua mati, mereka ada dalam kehidupan yang berbeda di tempat yang berbeda.
Tempat mereka berbeda bukan karena yang satu kaya sedangkan yang lain miskin (bnd. Abraham atau Ayub yang kaya tetapi masuk surga).
Tempat Lazarus dan orang kaya itu berbeda karena dalam kehidupannya ada sikap yang berbeda yang ditunjukkan sebagai respon akan anugerah yang Tuhan sudah berikan ketika mereka sama-sama masih hidup di dunia.
Sikap orang kaya yang tidak peduli pada orang lain meskipun hidupnya dalam kelimpahan adalah sikap yang tidak menunjukkan rasa syukur pada apa yang Tuhan sudah berikan dalam kehidupannya. Sementara sikap Lazarus yang tabah dan tidak melakukan kejahatan juga tidak menghujat Allah dalam kekurangan dan penderitaannya menunjukkan sikap yang bersyukur atas apa yang Tuhan sudah berikan kepadanya.
Kehidupan yang dijalani keduanya, setelah kematian tubuh jasamani, juga terpisah dengan jelas dan tegas, dimana tidak ada kesempatan lagi untuk berpindah (ayat 26), kesempatan untuk menentukan pilihan hanya ada dalam kehidupan di dunia yang singkat ini, sebaliknya tempat mana kita hidup setelah kematian itu kekal dan itu hanya ada 2 tempat yaitu surga dan neraka. Kalau tidak ke surga, maka tidak ada tempat lain selain neraka.

Sebagai tambahan ada hal lain yang kita pelajari dari cerita yang disampaikan langsung oleh Tuhan Yesus ini bahwa setelah kematian, kita akan langsung pergi ke surga atau ke neraka, tidak ada tempat lain.
Hanya disaat kita masih ada bersama didalam dunia ini, kita masih bisa saling peduli, mengingatkan dan mendoakan sesama, setelah itu tidak ada yang bisa saling mengingatkan atau mendoakan, tidak ada seorang yang masih hidup mendoakan dan menyelamatkan orang mati dan sebaliknya yang sudah mati juga tidak bisa menyelamatkan dan mendoakan yang masih hidup (ayat 27-31).

Kepada anak-anak bisa mulai diajarkan bahwa setiap kebaikan yang dilakukan kepada orang lain bukanlah untuk keuntungan atau mencari hormat di dunia ini, tetapi sebagai ungkapan syukur karena Tuhan sudah sangat baik kepada anak-anak dan Tuhan selalu memperhatikan semua kebaikan yang kita lakukan.


Cerita untu Anak

Suatu waktu Tuhan Yesus bercerita kepada orang banyak. Cerita Tuhan Yesus itu tentang seorang kaya raya bernama Si Kaya. Dia memiliki banyak sekali harta benda, seperti rumah besar, pakaian indah, dan makanan lezat. Si Kaya selalu berpakaian mewah dan makan makanan yang enak.
Di dekat rumah Si Kaya, tinggallah seorang pengemis miskin bernama Lazarus. Lazarus memiliki tubuh yang kurus dan penuh luka. Dia tidak memiliki pakaian yang layak dan hanya makan remah-remah makanan yang jatuh dari meja Si Kaya.
Setiap hari, Lazarus duduk di depan gerbang rumah Si Kaya, berharap ia akan memberinya sedikit makanan. Tetapi Si Kaya tidak pernah peduli dengan Lazarus. Dia bahkan mengusir Lazarus dari depan gerbangnya.
Suatu hari, Lazarus meninggal dunia. Malaikat membawa Lazarus ke surga, tempat yang indah dan penuh kedamaian. Di surga, Lazarus bertemu dengan Bapa Abraham. Lazarus duduk di pangkuan Bapa Abraham dan merasa bahagia. Sementara itu, Si Kaya juga meninggal dunia. Dia tidak pergi ke surga seperti Lazarus, tetapi ke neraka, tempat yang panas dan penuh penderitaan.
Di neraka, Si Kaya merasa sangat tersiksa. Dia melihat Lazarus di kejauhan, duduk di pangkuan Bapa Abraham. Si Kaya ingin Lazarus membantunya, tetapi Lazarus tidak bisa mencapainya. Kemudian Si Kaya memohon kepada Bapa Abraham untuk mengirim Lazarus agar Lazarus dapat meneteskan air ke ujung jarinya untuk mendinginkan lidahnya yang panas. Tetapi Bapa Abraham berkata, "Nak, ingatlah bahwa selama hidupmu, kamu telah menerima segala yang baik, sedangkan Lazarus menerima segala yang buruk. Sekarang dia di sini sedang dihibur, dan kamu sedang menderita."
Si Kaya kemudian memohon kepada Bapa Abraham untuk mengirim Lazarus ke rumah saudaranya yang masih hidup di dunia. Dia ingin Lazarus memperingatkan mereka agar mereka tidak berakhir di neraka seperti dia. Tetapi Bapa Abraham berkata, kepada mereka sudah diberikan para nabi untuk mengajar, juga sudah ada firman Tuhan, jadi biarlah mereka mendengarkan dan belajar dari situ.
Si Kaya menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan selama hidupnya. Dia menyesal karena tidak pernah peduli dengan Lazarus dan orang-miskin lainnya. Walaupun ia menyesal namun semuanya sudah terlambat, seharusnya sewaktu masih hidup dia lakukan kebaikan, bukan sombong dan tidak peduli pada orang lain.
Adik-adik juga saat ini masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk bersyukur atas apa yang Tuhan berikan dengan peduli kepada sesama yang membutuhkan, jangan seperti Si Kaya, saat diberikan kesempatan untuk peduli dia tidak mengambil kesempatan itu, akhirnya hanya penyesalan yang didapatkannya.

Alat Peraga

Gambar Peraga

Aktivitas

Mewarnai

Ayat Hafalan


Saturday, September 17, 2016

Selalu Siap (Matius 25:1-13)

Bahan Ajar PAR 18 September 2016
Tema: “Selalu Siap” (Matius 25:1-13)
Tujuan:
- Anak-anak tahu bahwa apapun yang terjadi Tuhan selalu menyertai
- Anak-anak mau belajar memahami maksud dan kehendak Tuhan

Pokok Renungan

Dalam berbagai catatan/tafsiran mengenai perumpamaan yang kita baca hari ini, ditekankan tentang orang percaya yang harus senantiasa memperhatikan keadaan rohani mereka sendiri menantikan kedatangan Kristus yang tidak diduga, ini nampak dari maksud perumpamaan ini sendiri yaitu berkaitan dengan Kerajaan Sorga (ayat 1).
Ada beberapa catatan yang bisa direnungkan dalam bacaan ini:
  • Kelompok gadis yang bodoh itu tidak memperhitungkan bahwa kedatangan mempelai laki-laki tidak terduga dan tidak bisa diprediksi (bnd, Mat 24:36,44). Hal ini bisa disebabkan mereka tidak tahu atau mereka tidak mau tahu dengan keadaan bahwa lampu mereka bisa saja kehabisan minyak sewaktu-waktu.
  • Kelompok gadis yang bijaksana punya perhatian dan perhitungan yang baik untuk menyambut kedatangan mempelai. Karena ini mereka mempersiapkan dan membekali diri dengan baik.
  • Kedua kelompok gadis ini memang tertidur saat menantikan kedatangan mempelai, tetapi saat mereka dikejutkan oleh kedatangan mempelai, kelompok gadis yang bijak tidak kebingungan karena mereka sudah siap, sementara kelompok gadis yang bodoh panik dan bingung karena mereka tidak siap.
Secara umum kita bisa memahami bahwa perumpamaan gadis-gadis yang bijak dan yang bodoh ini menggambarkan keberadaan kita sebagai umat yang menantikan Tuhan.
Namun secara lebih luas, juga kita sadari setiap saat dalam hidup kita apa saja bisa terjadi diluar prediksi, bukan hanya kedatangan Tuhan tetapi apapun yang terjadi tanpa kita perkirakaan akan membuat kita terkejut, dan cenderung akan bereaksi terhadap hal itu. Dari reaksi kita atau apa yang kita lakukan menggambarkan kesiapan kita.
Dari perumpamaan ini Tuhan Yesus menggambarkan tentang bagaimana sikap sebagai anak-anak Tuhan dalam menghadapi berbagai keadaan, yang selalu siap karena punya pegangan yaitu iman dan percaya kepada Yesus Kristus.
Kepada anak-anak bisa mulai mengajarkan bahwa banyak hal bisa terjadi bahkan hal yang buruk dan diluar perkiraan. Tetapi sebagai orang Kristen, ada yang akan tetap menguatkan dan membuat mereka siap yaitu iman dan percaya kepada Yesus Kristus, yang harus selalu hidup dan bertumbuh dalam diri mereka. Karena semua hal yang terjadi ada dalam kendali Tuhan.
Iman dan percaya itu yang harus diwujudkan dalam perbuatan yang baik kepada sesama, selalu belajar memahami firman Tuhan, sehingga semakin hari kita semakin memahami maksud dan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Dan itu akan membuat kita siap menghadapi apapun yang terjadi dalam hidup ini, bahkan yang terburuk sekalipun.
Karena setiap orang yang selalu bersandar kepada Tuhan akan diberi kekuatan dan kesiapan oleh Tuhan.


Cerita Kelas Kecil



Cerita Kelas Besar



Alat Peraga

Gambar Peraga

Aktivitas

Menyambung titik kemudian warnai


Ayat Hafalan

Matius 25:13
Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."