Blog ini berisi Bahan Ajar / Cerita Sekolah Minggu dalam Bahasa Indonesia, silakan dipakai / dikutip secara bebas dan gratis karena Firman Tuhan bebas untuk diberitakan dan diketahui oleh semua orang

This blog contains materials for Sunday School Sermon. The sermon materials are written in Indonesian, but I hope the activities and images contained can be used by anyone with any language, please feel free to use it
Showing posts with label Ribka. Show all posts
Showing posts with label Ribka. Show all posts

Saturday, April 6, 2024

Esau dan Yakub (Kejadian 25:29-34; 27:1-40)

Bahan Ajar Sekolah Minggu dari Kejadian 25:29-34 dan Kejadian 27:1-40 tentang Yakub mendapat Hak Kesulungan

Pokok Renungan

Bagian bacaan ini menceritakan kisah tipu daya Yakub terhadap Esau. Bacaan pertama yang terpisah dari bacaan kedua menceritakan bagaimana sampai kisah yang diceritakan dalam Kejadian 27 itu terjadi, yaitu ketika Ribka dan Yakub menipu Ishak untuk mendapatkan berkat. Kisah ini penuh dengan ironi karena dalam kisah ini ditampilkan bagaimana rencana Tuhan itu tercapai oleh campur tangan manusia dengan cara yang tidak benar.

Beberapa hal dalam cerita ini yang perlu menjadi renungan bagi kita dan diajarkan kepada anak-anak adalah:

Yang pertama tentang apa rencana yang Tuhan sudah buat dalam kehidupan Esau dan Yakub sebagaimana yang Tuhan nyatakan kepada Ribka ketika ia mengeluh kesakitan saat mengadung kedua anaknya itu (bd.Kej. 25:22-26), jika Ribka mengingat hal itu, ia tahu bahwa hak kesulungan akan jatuh kepada Yakub, karena Tuhan yang menentukan demikian. Tapi Ribka mencari jalan sendiri mendapat hak kesulungan untuk Yakub, karena ia lebih menyayangi Yakub dari pada Esau, bukan karena itu rencana Tuhan. Seringkali kita bersikap seperti Ribka yang lupa atau tidak percaya kepada janji Tuhan yang baik bagi kehidupan kita, sehingga kita mencari jalan kita sendiri untuk meraih yang kita inginkan.

Yang kedua tentang sikap Esau yang gampang mengikuti hawa nafsu, rasa lapar dan nafsu untuk makan membuat ia rela melepaskan apa yang menjadi haknya untuk kepuasan sesaat. Bahkan setelah itu ia lupa bahwa ia telah melakukan kesalahan itu. Tentu sikap Esau sangat buruk, bukan saja mengikuti hawa nafsu tapi tidak sadar akan kesalahannya bahkan menyalahkan Yakub atas kebodohannya. Jika Esau sadar akan kesalahan yang pernah dibuatnya ia mungkin boleh marah akan penipuan yang Yakub lakukan tetapi ia tidak sampai berniat untuk membunuh Yakub (bd. Kej. 27:41). Sikap seperti Esau ini sering juga ada pada diri kita, kita tidak introspeksi diri ketika ada sesuatu yang buruk dilakukan orang lain kepada kita, kita lupa bahwa mungkin saja penyebab dari perlakuan itu adalah diri kita sendiri.

Cerita untuk Anak

Cerita hari ini menceritakan tentang dua anak kembar, Esau dan Yakub. Mereka adalah anak dari Bapak Ishak dan Mama Ribka, Esau adalah anak sulung, yang berarti dia memiliki hak istimewa dalam keluarga. Salah satu hak istimewa itu adalah "hak kesulungan." Hak kesulungan berarti Esau akan menerima bagian warisan yang lebih besar daripada Yakub dan dia juga akan menjadi pemimpin keluarga setelah ayahnya meninggal.

Suatu hari, Esau pulang dari berburu. Dia sangat lelah dan lapar. Dia melihat Yakub sedang memasak sup kacang merah yang lezat. Esau sangat menginginkan sup itu. Dia berkata kepada Yakub, "Berikan aku sedikit sup merah itu, aku sangat lapar!"

Yakub melihat bahwa Esau sangat lapar. Dia ingin membantu saudaranya, tetapi dia juga menginginkan hak kesulungan Esau. Yakub berkata kepada Esau, "Baiklah, aku akan memberikan sup ini kepadamu, tetapi kamu harus menjual hak kesulunganmu kepadaku."

Esau sangat lapar dan dia tidak memikirkan masa depan. Dia setuju untuk menjual hak kesulungannya kepada Yakub hanya dengan semangkuk sup kacang merah! Setelah kenyang Esau lupa kalau ia telah menjual hak kesulungannya.

Beberapa waktu kemudian, Ishak ingin memberikan berkat kepada Esau. Ribka, ibu Esau dan Yakub, ingin Yakub yang menerima berkat itu. Dia menyuruh Yakub berpura-pura menjadi Esau dan menipu bapaknya, Ishak. Yakub pun menuruti rencana ibunya dan berhasil mendapatkan berkat.

Esau sangat marah ketika dia mengetahui apa yang telah dilakukan Yakub. Dia ingin membunuhnya. Yakub pun harus melarikan diri dari rumah dan hidup dalam pengasingan selama bertahun-tahun.

Cerita ini mengajarkan kita bahwa kita harus berhati-hati dengan apa yang kita pilih dalam hidup. Kita tidak boleh membuat keputusan yang terburu-buru hanya karena kita menginginkan sesuatu saat itu juga. Kita harus memikirkan tentang konsekuensi dari tindakan kita di masa depan. Esau telah mengambil keputusan yang salah karena ia lebih memikirkan keinginannya untuk makan. Yakub juga telah melakukan penipuan karena mengejar berkat kesulungan sehingga ia harus lari karena ingin dibunuh oleh Esau.

Sebenarnya Tuhan sudah punya rencana yang baik atas diri Esau dan Yakub, tetapi mereka tidak menunggu apa yang Tuhan lakukan melainkan mencari jalan sendiri yang tidak benar untuk mencapai apa yang mereka inginkan.

Demikian juga dengan kehidupan kita, Tuhan sudah punya rencana untuk kehidupan kita, termasuk keberhasilan kita dalam belajar dan memperoleh apa yang kita inginkan, itu semua keinginan yang baik, tetapi jangan menggunakan cara yang salah untuk memperoleh apa yang baik itu. 

Alat Peraga

Aktivitas

Mewarnai
Cari Perbedaan
Cari Kata

Friday, March 3, 2017

Kehendak Tuhan yang Jadi (Kejadian 27:1-17)

Bahan Ajar PAR 05 Maret 2017
Tema : “Kehendak Tuhan yang Jadi” (Kejadian 27:1-17)
Tujuan :
- Anak-anak tahu bahwa Tuhan punya kehendak baik bagi kehidupan setiap orang
- Anak-anak mau berserah kepada Tuhan dalam doa untuk setiap harapan dan keinginannya


Pokok Renungan

Kisah hari ini berkaitan dengan cerita minggu lalu. Karena nafsu yang rendah, Esau telah menjual hak kesulungannya kepada Yakub. (bnd. Ibr. 12:16-17)
Pada ayat 1-5 nampak bahwa Ishak berencana meneruskan berkat kepada Esau. Hal ini secara umum dipandang wajar karena Esau adalah anak sulung, dan budaya/adat saat itu, bahkan sampai sekarang, menempatkan anak sulung sebagai kepala/yang utama. Tapi untuk kasus Esau dan Yakub sebenarnya agak berbeda, Tuhan sendiri sudah pernah berfirman tentang keduanya (Kej. 25:23), entah karena sudah tua dan tidak tahu, atau tidak mengerti, atau tidak mempertimbangkan sebagaimana mestinya, Ishak lupa firman Tuhan, bahwa anak yang tua harus menjadi hamba kepada anak yang muda.
Kalaupun ia masih ingat namun tetap bersikeras meneruskan berkat kepada Esaus, bisa jadi, ia lebih dikuasai oleh perasaan sayang yang alami, Ishak lebih sayang kepada Esau. Ishak hendak mengatur semuanya sesuai yang diinginkan dan lupa atau mengabaikan kehendak Tuhan, Ishak juga mengabaikan kenyataan bahwa Esau sudah menikah dengan dua wanita kafir (Kej 26:34-35). Dalam hal ini nampaknya Ishak terlalu terbawa perasaannya.
Selanjutnya dalam ayat 6-17, Ribka berusaha untuk memperoleh bagi Yakub berkat yang sudah direncanakan akan diberikan Ishak kepada Esau. 
Jika memang Ribka mengingat firman Tuhan tentang Esau yang akan menjadi hamba Yakub, tentunya usahanya untuk mendapatkan berkat bagi Yakub bertujuan baik, namun cara yang dipakai yaitu dengan menipu Ishak pastinya tidak benar. Demikian juga Yakub yang kemudian mengikuti siasat ibunya itu. Seharusnya ada jalan untuk itu, disini Ribka juga mengabaikan jalan Tuhan, ia menggunakan jalannya sendiri. Akibat yang harus diterima oleh Yakub kemudian adalah ia harus lari menyelamatkan diri dari Esau. Tapi tidak dijelaskan dalam Alkitab tentang alasan Ribka, bisa saja ia bermaksud agar Yakub diberkati karena Yakub adalah anak kesayangannya (bnd. Kej. 25:28), tentu sikap seperti itu tidak ada bedanya dengan Yakub yang terbawa perasaan saja, dan hal itu juga tidak benar.
Dari cerita ini terdapat 2 hal menarik yang dapat dipelajari dan diajarkan kepada anak-anak:

  • Bagaimanapun keadaannya, kehendak Tuhan tidak mungkin dibatalkan/digantikan dengan keinginan manusia, ajar anak-anak untuk percaya bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupan mereka, sekalipun yang buruk, dibalik itu ada hal baik yang ingin ditunjukan/diberikan Tuhan bagi mereka, karena itu berserah hanya kepada Tuhan.
  • Apapun yang kita inginkan bagi diri kita maupun bagi orang lain seharusnya tetap memohon perkenan Tuhan, jangan berdasarkan kehendak diri kita sendiri. Ajarkan kepada anak-anak untuk selalu menyerahkan semua rencananya di dalam doa kepada Tuhan.



Cerita



Alat Peraga

Gambar Peraga

Aktivitas

Mewarnai

menempel tangan dan leher pada gambar Yakub dengan kapas / benang wol

cari perbedaan

Ayat Hafalan

Amsal 19:21
Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.