Blog ini berisi Bahan Ajar / Cerita Sekolah Minggu dalam Bahasa Indonesia, silakan dipakai / dikutip secara bebas dan gratis karena Firman Tuhan bebas untuk diberitakan dan diketahui oleh semua orang

This blog contains materials for Sunday School Sermon. The sermon materials are written in Indonesian, but I hope the activities and images contained can be used by anyone with any language, please feel free to use it

Sunday, July 14, 2019

Berjanji Kepada Tuhan (1 Samuel 1)

Bahan Ajar Sekolah Minggu 14 Juli 2019

Tema : “Berjanji Kepada Tuhan”(1 Samuel 1)

Topik :

- Anak-anak mengerti arti bernazar / berjanji kepada Tuhan

- Anak-anak belajar bersikap yang benar sehubungan dengan janji kepada Tuhan

Pokok Renungan

Kitab Samuel yang pertama dimulai dengan kisah kelahiran Samuel. Ibunya, Hana, merupakan salah seorang dari dua istri yang dinikahi ayahnya, Elkana. Namun sebelum ia mengandung Samuel, Hana adalah seorang perempuan yang mandul (ay. 5). Hal ini membuatnya sedih, apalagi Penina, istri yang lain dari Elkana, mempunyai beberapa anak dan selalu menyakiti hatinya karena ia mandul (ay. 6).

Merasa sedih dan susah hati, Hana kemudian memohon kepada Tuhan agar ia memperoleh anak, bahkan berjanji untuk mempersembahkan anak itu kepada Tuhan jika ia dilahirkan.

Tuhan mendengar permintaannya itu dan melalui imam Eli, Hana diberitahu bahwa permintaannya dikabulkan Tuhan (ay. 17).

Setelah ia memperoleh apa yang diminta kepada Tuhan, yaitu seorang anak yang kemudian dinamai Samuel, Hana teringat juga akan janjinya kepada Tuhan. Mungkin ia sangat sedih karena harus berpisah dengan anaknya yang bisa dibilang masih sangat kecil. Mengacu dari beberapa catatan, biasanya ibu Yahudi menyusui anaknya hingga berusia tiga tahun. Jika berusia demikian tentu Samuel masih sangat kecil, sangat manusiawi jika Hana merasa ragu dan takut membiarkan anaknya diasuh orang lain, tetapi bagi Hana janji kepada Tuhan harus ditepatinya dan ia percaya hidup Samuel kepada Tuhan.

Apa yang dilakukan Hana ini menjadi contoh yang baik tentang kesetiaan kepada Tuhan. Umumnya bagi seorang ibu, hal terberat dalam hidupnya adalah harus berpisah dari anaknya, apalagi kalau anaknya masih kecil dan itu adalah anak satu-satunya. Tetapi hana menunjukkan bagaimana ia harus setia pada janjinya kepada Tuhan walaupun itu bertentangan dengan perasaannya sendiri. Ia mungkin tidak tahu apakah ia akan punya anak lagi atau hanya Samuel anaknya, tetapi yang ia tahu bahwa ia telah berjanji kepada Tuhan, jadi apapun yang Tuhan akan lakukan kepada dirinya juga kepada Samuel yang masih kecil, bukan urusannya, yang menjadi urusannya adalah bagaimana memenuhi janji kepada Tuhan itu.

Di kemudian hari ternyata kesetiaan Hana itu dilihat dan diindahkan oleh Tuhan sehingga ia melahirkan anak-anak yang lain lagi sebagai ganti Samuel yang telah diserahkan kepada Tuhan. Tuhan memberikan kepadanya 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan lagi (bd. 1Sam. 2:21).

Janji yang dilakukan oleh Hana kepada Tuhan itu adalah bernazar (ay. 11), yaitu janji yang dengan sadar dan sungguh-sungguh diucapkan kepada Tuhan (bd. Ul 23:23; Bil 30:2). Janji yang wajib dipenuhi (bd. Mazm 76:12; Ul 23:21) karena itu harus dipikirkan dengan baik apa yang menjadi konsekuensi sebelum mengucapkan janji / nazar kepada Tuhan. Jika tidak mampu atau tidak bisa memegang janji sebaiknya jangan berjanji (bd. Ams 20:25; Ul 23:22).

Hal penting yang dapat dipelajari dan diajarkan kepada anak-anak yaitu tentang bernazar atau berjanji kepada Tuhan. Mungkin dalam doa-doa dengan tanpa pikir panjang kita meminta sesuatu dan menjanjikan sesuatu kepada Tuhan sebagai balasnya. Hal ini dianggap biasa padahal sebenarnya jika kita sudah berjanji kepada Tuhan jangan sampai kita mengabaikan atau melupakannya. Karena itu menjadi penting bagi kita untuk menjaga ucapan kita terutama saat berdoa memohon pertolongan Tuhan. Jangan sampai karena sangat menginginkan sesuatu membuat kita juga anak-anak dengan mudah berjanji kepada Tuhan padahal tidak mampu memenuhinya.

Yang lebih baik ialah dalam setiap doa kita selain memohon apa yang kita harapkan kepada Tuhan juga harus selalu mengucap syukur kepada Tuhan atas semua yang dilakukanNya dalam hidup kita. Dan yang terbaik sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan adalah dengan mempersembahkan hidup kita untuk segala pekerjaan Tuhan yang bisa kita lakukan karena itu adalah ibadah yang sejati (Rm. 12:1).

Gambar Peraga

Aktivitas

Mewarnai


Ayat Hafalan:

Ulangan 23:23

Apa yang keluar dari bibirmu haruslah kaulakukan dengan setia, sebab dengan sukarela kaunazarkan kepada TUHAN, Allahmu, sesuatu yang kaukatakan dengan mulutmu sendiri.


Saturday, May 25, 2019

Jangan Kuatir, Tuhan Ada (Keluaran 14:15-31)

Bahan Ajar Sekolah Minggu, 26 Mei 2019

Tema: “Jangan Kuatir, Tuhan Ada” (Keluaran 14:15-31)
Tujuan:
- Anak-anak tahu bahwa dalam segala kedaan hidup kita Tuhan selalu ada
- Anak-anak mau menyerahkan segala kekuatirannya lewat doa dan pengharapan hanya kepada Tuhan

Pokok Renungan

Atas pertolongan dan pembelaan Tuhan terhadap bangsa Israel, mereka dilepaskan dari perbudakan oleh bangsa Mesir. Bangsa Mesir merasakan tekanan dari TUhan dan bangsa Israel melihat sendiri betapa besar kuasa Tuhan yang ditunjukkan melalui 10 tulah yang diturunkan atas bangsa Mesir, hal itu membuat mereka yakin untuk melangkah pergi meninggalkan tempat mereka diperbudak menuju suatu tempat yang mereka sendiri belum pernah tahu, kecuali dari cerita nenek moyang mereka. Bangsa Israel yang saat itu pergi keluar dari Mesir mempercayakan nasib mereka dalam pimpinan Musa yang kelihatan dan tentunya kepercayaan kepada Tuhan yang telah menunjukkan kekuatan dan kuasa yang besar di depan mata mereka.
Saat mereka baru keluar dari Mesir, Tuhan sendiri berinisiatif untuk menghindarkan mereka dari peperangan dengan mengambil jalan berputar (bd. Kel. 13:17-18), mungkin karena mereka sendiri belum siap berhadapan dengan pasukan terlatih dari bangsa-bangsa di sekitar tanah Kanaan. Jalur yang ditunjukkan Tuhan ini lebih jauh dari jalur yang biasa ditempuh. Ada yang menghitung jarak terdekat dari Mesir ke Kanan bisa ditempuh setidaknya dalam 11 hari perjalanan, jika saat ini kita mencoba menggunakan google map jalur yang mungkin dilalui yang ditunjukkan/disarankan, Sekitar 700 km yg secara normal dapat ditempuh dalam waktu sekitar 6 bulan dengan perhitungan perjalanan rombongan sejauh 4 km/hari. Melihat jalur yang digambarkan oleh alkitab (bisa dilihat pada peta perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir) nampaknya sengaja diputar dan dibuat agak jauh, walaupun jika ditempuh secara normal mungkin menghabiskan waktu antra 1 sampai 2 tahun, tetapi jalur yang Tuhan tunjukkan kepada bangsa Israel ini memang Tuhan maksudkan untuk mengajarkan dan membentuk iman serta kepribadian bangsa Israel yang selama ini sudah terbiasa menjadi hamba dari bangsa lain supaya mereka belajar untuk menghamba dan bergantung hanya kepada Tuhan saja. Perjalanan mereka ditempuh dalam waktu 40 tahun.
Walaupun secara ajaib Tuhan menuntun mereka dengan tiang api dan tiang awan, tantangan atau mungkin ujian perjalanan mereka mulai Tuhan berikan ketika mereka dituntun untuk berhadapan dengan laut sebagai penghalang. Mereka tidak punya perahu, tidak mungkin membuatnya dalam waktu singkat, sementara Firaun beserta bangsa Mesir mulai mengejar mereka (ay. 8). Tekanan berat itu membuat orang-orang Israel mulai mengeluh, bukan saja karena takut, tetapi mental mereka sudah merasa nyaman menjadi budak bangsa Mesir sehingga mereka menyesal telah keluar dari tanah Mesir (ay. 11-12).
Musa, yang oleh Tuhan diberi tugas menuntun bangsa Israel, tampil untuk menenangkan ataupun menegur ketakutan bangsa Israel dan atas perintah Tuhan, Musa mengulurkan tongkatnya dan membelah laut yang menghalangi mereka sehingga mereka dapat menyeberang dengan aman. Lebih dari itu, Tuhan kemudian memusnahkan musuh yang menekan mereka sehingga masalah mereka dengan Mesir benar-benar terselesaikan.
Mujizat yang sangat terkenal ini menjadi pelajaran pertama bangsa Israel dalam perjalanan mereka menuju tanah yang dijanjikan, selama 40 tahun ke depan, dalam perjalanan melalui padang gurun, banyak hal yang Tuhan tunjukkan kepada mereka untuk menguatkan iman percaya mereka kepada Tuhan. Dan selama 40 tahun itu juga akan lahir generasi baru bangsa Israel yang bersih dari pengalaman perbudakan, generasi ini yang nantinya akan masuk dan membangun bangsa Israel di tanah yang dijanjikan Tuhan, sementara sebagian besar generasi lama yang lahir dan dibesarkan dalam perbudakan mati di dalam perjalan selama 40 tahun itu .
Ada beberapa hal menarik dari mujizat besar yang dilakukan Tuhan ini yang dapat direnungkan dan diajarkan kepada anak-anak.
Yang pertama bahwa Tuhan itu selalu ada, walaupun bangsa Israel sendiri mungkin sering kali lupa bahwa penyertaan Tuhan ada di seputar diri mereka. Mereka berteriak ketakutan dan kuatir sehingga mereka lupa bahwa tiang awan dan tiang api yang ajaib itu selalu ada di dekat mereka untuk menuntun mereka. Kita perlu mengingatkan kepada anak-anak bahwa dalam keadaan apapun sebenarnya Tuhan itu selalu ada dan dekat dengan diri kita, jangan biarkan ketakutan membuat kita lupa bahwa Tuhan selalu menjaga kita.
Yang kedua bahwa Tuhan punya cara untuk menolong bangsa Israel keluar dari masalah mereka, dan dengan cara itu juga Tuhan mengajar dan menumbuhkan iman percaya bangsa Israel, demikian juga Tuhan punya cara untuk mengatasi setiap masalah yang kita hadapi yang terpenting adalah kita tetap berserah kepada Tuhan dan mau belajar dari setiap persoalan yang dihadapi agar semakin hari semakin kuat iman percaya kita kepada Tuhan.

Aktivitas:

Mewarnai
TTS

Ayat Hafalan:

1 Petrus 5:7
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

Saturday, May 11, 2019

Allah Bertindak Melalui Kita (Keluaran 2:23-3:12)

Bahan Ajar Sekolah Minggu 12 Mei 2019
Tema : “Allah bertindak melalui kita” (Keluaran 2:23-3:12)
Topik :
- Anak-anak tahu bahwa Tuhan bertindak untuk menyelamatkan umatNya dengan mengutus orang pilihannya
- Anak-anak belajar bahwa siapa saja bisa diutus Tuhan 

Pokok Renungan

Setelah Musa diambil dan dipelihara oleh putri raja Mesir sampai ia dewasa, ia melakukan kesalahan yang membuat ia harus melarikan diri keluar dari Mesir.
Musa sampai di tanah Midian dan menetap disana, ia juga menikah dengan Zipora, anak Yitro (Rehuel), imam di Midian. Hidupnya tenang sebagai seorang gembala, jauh dari Firaun, raja Mesir yang ingin membunuhnya.
Sampai suatu ketika, ketika sedang menggembalakan kambing domba mertuanya, ia bertemu dengan Tuhan. Tuhan memang sengaja mendatanginya karena Tuhan ingin mengutusnya membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.
Tuhan mendengar keluhan umat Israel yang berseru-seru kepadaNya, dan tentunya Musa juga sudah pernah melihat sendiri penderitaan yang dialami oleh bangsanya itu, dan Tuhan ingin ia kembali ke tempat dari mana ia melarikan diri. Pilihan Tuhan atas diri Musa untuk membebaskan umat Israel tentunya sesuatu yang istimewa tapi bukan berarti bahwa Musa sangat hebat atau lebih mampu dari orang Israel lainnya. Hal itu nampak dari percakapan Musa dengan Tuhan, dimana ia berusaha untuk menolak perintah Tuhan itu.
Walaupun Musa pernah hidup di istana Firaun tetapi bukan berarti ia adalah seorang yang punya kemampuan yang luar biasa untuk menghadapi orang Mesir, apalagi Firaun. Di lain pihak, bisa jadi umat Isarel juga tidak suka kepadanya karena selama ini ia menikmati hidup yang menyenangkan di istana raja sementara saudara-saudara sebangsanya menderita.
Hal ini mungkin menjadi masalah pertama yang mengganjal di hati Musa. Pergi ke Mesir sama saja dengan menyerahkan diri ke tangan musuh yang ingin membunuhnya. Selain itu jika membaca secara lengkap perbincangan Musa dengan Tuhan nampak bahwa musa punya banyak kekurangan yang secara manusiawi tidak memungkinkan ia untuk memimpin sebuah bangsa yang besar.
Tapi hal yang menguatkan Musa adalah Tuhan menjanjikan penyertaan kepadaNya dan ia mengenal Tuhan yang berjanji itu. Karena itu Musa bersedia untuk diutus dengan segala kekurangan yang ada pada dirinya.
Beberapa hal menarik dapat direnungkan dan diajarkan kepada anak-anak dari kisah pengutusan Musa ini.
Hal yang pertama yaitu sebagaimana Israel yang saat itu berseru meminta pertolongan Tuhan, saat ini juga banyak orang yang menderita yang berseru memohon pertolongan kepada Tuhan, dan Tuhan tentu mendengarnya. Karena itu sebagaimana Musa bersedia untuk diutus Tuhan menolong bangsa Israel, kita juga harus bersedia diutus Tuhan untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Tuhan bertindak melalui kita, orang-orang percaya.
Jika Musa menyadari kekurangannya namun mau diutus oleh Tuhan karena percaya akan janji penyertaaNya, demikian juga kita, sepatutnya kita sadar bahwa kita tidak sempurna dan tidak punya semua hal yang lebih, tetapi jika kita percaya bahwa Tuhan akan menyertai dan menolong kita untuk menolong orang lain, kita akan dimampukan dan dicukupkan untuk dapat menolong orang lain.
Banyak hal bisa kita lakukan untuk membantu atau meringankan kesulitan yang dialami oleh orang lain, kita tidak perlu melakukan hal besar, tetapi mulailah dengan hal-hal kecil dalam diri kita maupun di lingkungan sekitar kita yang kiranya membantu. Anak-anak bisa mulai dengan menyisihkan uang jajan untuk dapat disumbangkan atau lebih sederhana dengan memisahkan sampah dengan baik sehingga membantu pemulung yang biasa mencari sampah plastik di sekitar rumah kita, dengan hal kecil seperti itu anak-anak sudah belajar membantu orang lain, kelak anak-anak akan terbiasa melakukan hal-hal yang lebih besar untuk membantu orang lain.

Aktivitas:

Mewarnai
Cari Kata
Kunci Jawaban

Ayat Hafalan:

Roma 8:28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.


Saturday, March 16, 2019

Tuhan Allah Hadir (Kejadian 28:10-22)

Bahan Ajar Sekolah Minggu 17 Maret 2019
Tema: “Tuhan Allah Hadir” (Kejadian 28:10-22)
Tujuan:
- Anak-anak tahu bahwa kita perlu merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita
- Anak-anak mau memanfaatkan momen-momen dalam hidupnya untuk secara khusus mengingat penyertaan Tuhan dalam hidupnya

Pokok Renungan

Setelah Yakub memperdaya ayahnya Ishak untuk memberikan berkat kesulungan kepadanya, kakanya Esau menjadi marah dan berencana membunuhnya, hal itu membuat Yakub, atas saran Ribka, ibunya, melarikan diri ke Mesopotamia, ke rumah saudara ibunya, Laban (bd. Kej. 27:41-28:9).
Jarak dari Bersyeba, tempat kediaman Ishak dan keluarga ke Haran, rumah Laban sekitar 450 mil atau 720 km. Tentunya tidak dapat ditempuh dalam satu hari perjalanan, karena itu dalam perjalanannya Yakub harus beristirahat pada malam hari.
Pada suatu waktu menjelang malam, Yakub memutuskan untuk bermalam di suatu tempat. Disitu ia tidur dan bermimpi bertemu dengan Tuhan. dalam mimpinya itu Tuhan memberikan janji yang sama seperti janji yang telah diikat oleh Tuhan dengan kakek Yakub, Abraham. Tuhan menegaskan kepadanya tentang penyertaan Tuhan dan janji keturunannya yang akan menjadi berkat. Janji itu sendiri tentunya sudah diceritakan oleh Ishak kepada Yakub dan Esau, demikian pula dalam berkat yang diberikan Ishak kepada Yakub juga janji itu telah ditegaskan (bd. Kej. 28:3-4).
Penegasan dari Tuhan melalui mimpinya itu adalah sebuah penguatan kepada Yakub bahwa dalam keadaan apapun, bahkan ketika nyawanya terancam, Tuhan tidak akan meninggalkannya. Karena itu Yakub juga menanggapi itu dengan bernazar kepada Tuhan sebagai janjinya untuk tetap setia kepada Tuhan sebagai Allahnya dan Allah keturunannya, lebih lanjut lagi ia mendirikan tugu peringatan sebagai pengingat kepadanya bahkan kepada keturunannya tentang Tuhan. Nama tempat itu juga digantinya menjadi Betel yang berarti Rumah Allah.
Membaca kisah Abraham sampai Yakub ini, kita dapati bahwa janji Tuhan yang sama dari Abraham sampai ke Yakub dan tentunya terus kepada keturunannya, selalu diingatkan Tuhan kepada mereka. Mungkin saja Yakub juga sudah menghafal janji itu, tetapi penegasan kembali dari Tuhan menjadi penting bagi Yakub, karena ia merasakan sendiri kehadiran Tuhan.
Demikian halnya dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, kita sudah sering mendengar janji Tuhan dalam hidup kita, paling tidak satu kali setiap minggu kita diingatkan tentang janji Tuhan bagi kita melalui kebaktian/peribadatan yang kita ikuti. Tetapi merasakan sendiri kehadiran Tuhan dalam hidup kita itu adalah hal yang penting. Janji Tuhan tentang keselamatan tidak akan ada gunanya bagi kita jika kita sendiri belum merasakan bahwa Tuhan yang menjanjikan itu benar-benar ada dan hadir dalam kehidupan kita.
Untuk itu ada beberapa hal yang dapat kita renungkan dan ajarkan kepada anak-anak dari cerita tentang mimpi Yakub di Betel ini.
Yang pertama untuk dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita, kita harus menyadari bahwa diri kita lemah dan terbatas. Yakub sendiri tentu sudah mengetahui tentang Tuhan Allah dari orang tuanya sejak dia masih kecil, tapi nampaknya sepanjang hidup Yakub sampai dengan peristiwa di Betel itu ia tidak pernah merasakan langsung kehadiran Tuhan. Dalam bagian Alkitab diceritakan bagaimana Yakub bersama ibunya dengan caranya sendiri telah memperdaya Ishak untuk mendapat berkat, mereka tidak menyerahkan urusan berkat itu kepada cara Tuhan. Saat di Betel ini Yakub mengaku kalau ia lemah karena tidak tahu bahwa Tuhan menyertainya (ay. 16). Perlu kesadaran bahwa kita terbatas baru kita bisa merasakan Tuhan itu ada.
Yang kedua, tugu yang Yakub dirikan merupakan cara Yakub untuk mengingatkan dirinya sendiri bahkan kepada keturunannya tentang Tuhan. Adalah baik bagi kita juga untuk punya waktu, tempat atau momen tertentu untuk mengingatkan kita kembali tentang penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Beberapa orang mungkin punya tempat khusus di kamar atau di rumahnya untuk berdoa kepada Tuhan, atau juga jam-jam, hari-hari atau tanggal khusus yang disediakan untuk merenungkan penyertaan Tuhan dalam hidupnya, temasuk diantaranya saat ulang tahun. Ajak anak-anak untuk menyediakan waktu khusus setiap hari untuk dekat dengan Tuhan.


Alat Peraga


Gambar Peraga

Aktivitas


Mewarnai

Teka-teki SIlang
Jawaban TTS di atas, jawaban TTS yang lain disesuaikan dengan pertanyaan

MENDATAR:
3. ESAU
5. LABAN
8. RUMAH ALLAH
10. TUGU

MENURUN
1. BETEL
2. TANGGA
4. NAZAR
6. MALAIKAT
7. HARAN
9. LUS




Ayat Hafalan

Mazmur 77:12
Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala.

Saturday, February 2, 2019

Tuhan Memberi Pengetahuan (Kejadian 11:1-9)

Bahan Ajar Sekolah Minggu 03 Februari 2019
Tema: “Tuhan Memberi Pengetahuan” (Kejadian 11:1-9)
Tujuan:
- Anak-anak tahu Tuhan memberikan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan manusia
- Anak-anak mau menggunakan pengetahuan untuk kebaikan
- Anak-anak jangan terlena dengan berbagai kemajuan teknologi dan melupakan Tuhan

Pokok Renungan

Manusia-manusia pertama yang telah melupakan Tuhan dimusanahkan oleh air bah, sehingga kehidupan yang baru yang dekat dengan Tuhan dimulai dimuka bumi. Pada kesempatan yang sama Tuhan juga mengaruniakan kemampuan kepada manusia untuk mengelola alam untuk membantu kehidupannya. Dimulai dari Nuh dan keluarganya, Tuhan memberikan kemampuan untuk membuat kapal yang besar sebagai sebuah bentuk kemajuan teknologi, manusia mulai belajar juga membuat berbagai peralatan untuk membantu kerjanya dalam mengelola alam.
Kemampuan itu, perlahan-lahan membuat manusia merasa diri mampu untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan Tuhan, bahkan sebagaimana dalam cerita kita hari ini tentang Menara Babel, manusia yang punya kemampuan untuk melakukan berbagai hal itu mulai membangun sebuah menara sebagai bentuk keangkuhan mereka untuk megatur diri sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Manusia berusaha merencanakan dan membuat sesuatu sesuai dengan apa yang mereka pikirkan dan inginkan, bagi mereka kemampuan yang mereka miliki adalah sebuah kekuatan untuk mengatur kehidupan mereka sendiri, karena itu mereka mendirikan menara yang tinggi untuk menjaga kesatuan mereka, mereka merencanakan sesuatu hal yang baik menurut mereka dengan kemampuan dan kepintaran mereka bukan dengan mengandalkan Tuhan. Menara itu juga sebagai simbol atau tanda bahwa mereka mampu sehingga mereka patut mendapat pujian atas apa yang mereka lakukan.
Apa yang mereka lakukan itu ternyata tidak disukai Tuhan. Tentunya Tuhan mau manusia menggunakan kemampuan dan pikiran yang Tuhan berikan untuk melakukan berbagai hal yang baik, termasuk untuk menjaga kebaikan alam ini dan kebaikan kehidupan dengan sesama manusia, tetapi apa yang dilakukan itu seharusnya juga dalam penyertaan Tuhan. Sehingga bukan kemuliaan diri sendiri yang menjadi tujuan tetapi kebaikan dan kemuliaan nama Tuhan semata.
Hal seperti ini mungkin sering kita jumpai saat ini. Berbagai bangsa di dunia ini berlomba untuk membuat menara yang tinggi sebagai bentuk kebanggaan bangsa mereka, juga berbagai kemajuan teknologi dan perlombaan untuk menciptakan teknologi yang baru bukan lagi untuk kebaikan manusia semata tetapi sebagai alat untuk saling menekan dan saling menjajah. Penjajahan saat ini bukanlah penjajahan secara fisik tetapi penjajahan melalui kebutuhan, manusia sudah terpenjara dengan kebutuhan yang diciptakan oleh kemajuan teknologi.
Dari cerita tentang menara Babel ini ada beberapa poin penting yang dapat kita renungkan dan ajarkan kepada anak-anak.
Yang pertama tentang kemampuan manusia dan hasil teknologi buatan manusia adalah karunia dari Tuhan. tanpa kemampuan yang diberikan oleh Tuhan, manusia tidak bisa melakukan apa-apa. Karena itu, gunakan kemampuan untuk berkarya sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas apa yang Ia berikan.
Hal yang kedua adalah bagaimana menggunakan semua hasil teknologi ini dengan bertanggung jawab, jangan sampai kemampuan dan hasil teknologi dipakai untuk maksud jahat. Cerita menara di Babel menunjukkan bagaimana Tuhan murka ketika manusia menggunakan kemampuan dan teknologi hasil ciptaannya untuk kesombongan dan maksud buruk lainnya.
Untuk itu ajarkan anak-anak untuk selalu mengutamakan sikap takut akan Tuhan sebagai penuntun supaya kita diberi hikmat dan tidak terjebak untuk mengandalkan kemampuan dan kepintaran kita sendiri serta tidak terjerumus dalam sikap mengandalkan hasil teknologi yang semakin canggih dan membuat kita terlena.


Ayat Hafalan

Amsal 9:10
Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.

Alat Peraga

Gambar peraga

Aktivitas

Mewarnai
Teka-teki SIlang

Saturday, January 26, 2019

Bersiap untuk Selamat (Kejadian 6:9-22)

Bahan Ajar Sekolah Minggu 27 Januari 2019

Tema : “Bersiap untuk Selamat” (Kejadian 6:9-22)

Tujuan :

- Anak-anak tahu bahwa firman Tuhan adalah petunjuk kepada jalan selamat

- Anak-anak mau menurut kepada firman Tuhan yang mendatangkan keselamatan

Pokok Renungan

Setelah kejatuhan dalam dosa, keturunan Adam mulai melupakan Tuhan. Ketika manusia mulai bertambah banyak dan mendiami berbagai tempat dibumi, semakin jauh mereka dari Tuhan. hanya sedikit dari mereka yang masih mengenal Tuhan dan mau menyembahNya.

Dari bacaan kita ini, Nuh, yang merupakan generasi ke-10 dari manusia pertama, Adam (bnd. Kej. 5), dan keluarganya merupakan satu-satunya yang masih menyembah Tuhan diantara manusia di bumi.

Kedekatan Nuh dengan Tuhan ini membuat Tuhan memilihnya diantara manusia yang lain untuk diselamatkan. Karena kedekatannya ini, ia dan keluarganya diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk melanjutkan kehidupan di bumi ini.

Untuk itu Tuhan kemudian berfirman kepada Nuh untuk membuat sebuah bahtera yang merupakan kendaraan untuk dipakai oleh ia dan keluarganya keluar dari malapetaka yang Tuhan timpakan kepada dunia yang penuh dengan orang berdosa. Tuhan bukan saja memberikan perintah kepada Nuh untuk membuat bahtera itu tetapi juga dengan detail tentang bentuk dan ukuran serta apa saja yang akan diisi dalam bahtera itu. Dan Nuh kemudian melakukan persis seperti apa yang Tuhan perintahkan kepadanya (ay. 22), itu membuat ia dan keluarganya selamat dari banjir/bah yang sangat besar yang mampu menghancurkan semua yang ada pada masa itu. Ketaatan Nuh ini memberikan contoh yang sangat penting dalam kehidupan orang percaya. Ia melakukan sesuatu berdasarkan perintah Tuhan dan berpegang pada janji keselamatan dari Tuhan. Ketaatan ini menjadikan manusia diselamatkan dan karena itu nama Nuh selalu dikenang sepanjang masa.

Dari riwayat Nuh yang patuh pada perintah Tuhan ini memberikan pelajaran penting bagi kita sebagai orang-orang yang mengaku percaya dan beriman kepada Tuhan. Sebagai orang pecaya kita diberi pengharapan akan kehidupan kekal dan karena pengharapan itu kita dapat bertekun dalam iman percaya kepada Tuhan.

Kisah ini memberikan dua hal penting yang dapat kita renungkan dan ajarkan kepada anak-anak. Yang pertama adalah tentang Firman Tuhan sebagai petunjuk untuk keselamatan kita. Sebagaimana Nuh yang selalu dekat dengan Tuhan membuat ia mendengar apa yang Tuhan perintahkan, demikian juga kalau kita selalu dekat dengan Tuhan, kita akan memahami apa yang Tuhan ingin kita lakukan untuk keselamatan kita. Jika jauh dari Tuhan, walaupun firman itu kita dengar namun tidak akan berpengaruh pada kehidupan kita sebagaimana orang-orang pada masa Nuh yang melihat dan tahu apa yang Nuh lakukan namun mereka menganggapnya sebagai suatu hal yang bodoh.

Hal kedua yang dapat kita renungkan dan ajarkan kepada anak-anak adalah bahwa ketaatan kepada firman Tuhan mendatangkan keselamatan. Banyak hal dalam firman Tuhan tidak sejalan atau dianggap tidak sesuai dengan hikmat dan pengetahuan dunia ini tetapi itu adalah jalan keselamatan yang benar sesuai hikmat Allah. Hal itu yang dapat menyelamatkan kita sebagai manusia berdosa. Ketaatan yang ditunjukkan Nuh pada masa itu bertentangan dengan hikmat yang dunia pahami, namun Nuh melakukannya tepat seperti apa yang perintahkan Tuhan walaupun ia sendiri tidak memahaminya (bnd. Ibr. 11:7) dan ia sendiri tidak tahu kapan waktu yang Tuhan tentukan untuk memusnahkan bumi dengan air bah.

Untuk itu ajak anak-anak untuk mulai membaca dan merenungkan firman Tuhan secara rutin serta beribadah kepada Tuhan sehingga kita dapat memahami apa yang Tuhan inginkan bagi keselamatan kita, sebagaimana yang Tuhan janjikan bagi kita manusia.

Gambar Peraga

1
2
3
4
5


Aktivitas

Menghubungkan Titik



Ayat Hafalan

Ibrani 11:7

Karena iman, maka Nuh  —  dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan  —  dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya


Saturday, January 12, 2019

Diciptakan untuk Berkarya (Kejadian 2:8-25)

Bahan Ajar Sekolah Minggu 13 Januari 2019

Tema: “Diciptakan untuk Berkarya” (Kejadian 2:8-25)
Tujuan:
- Anak-anak tahu Tuhan menciptakan manusia untuk berkarya bagi kebaikan alam
- Anak-anak tidak bermalas-malasan dan mau mengusahakan serta memelihara alam ciptaan Tuhan


Pokok Renungan

Jika dalam Kejadian pasal 1 diceritakan tentang apa yang Tuhan kerjakan untuk menciptakan alam semesta, dalam bagian bacaan kita hari ini, diceritakan tentang apa yang Tuhan inginkan agar dilakukan oleh manusia ciptaanNya.
Diceritakan bahwa taman Eden dibuat oleh Tuhan sebagai tempat dimana Tuhan menempatkan manusia. Tempat itu sangat baik. Ayat 8-14 memberikan rincian tentang taman itu dengan segala isinya dan segala hal yang baik yang bisa diperoleh di tempat itu dan semua itu sangat ideal untuk kehidupan yang baik dan nyaman, sehingga dapat dipastikan bahwa Adam yang ditempatkan di tempat itu merasa nyaman oleh lingkungan dan keadaan itu.
Walaupun semuanya nyaman dan menyenangkan, bukan berarti semua itu tidak perlu diusahakan dan dipelihara, karena itu Tuhan menempatkan Adam di taman itu dengan tugas untuk memelihara dan mengusahakan taman itu (ayat 15). Selain tugas untuk memelihara, manusia diberikan kebebasan untuk memanfaatkan taman itu demi kebaikannya. Tuhan menunjukkan kepada Adam bahwa apa yang baik yang Tuhan ciptakan itu diberikan kepada manusia untuk kebaikan hidup manusia. Dengan sebuah ketentuan yang Tuhan nyatakan sebagai perintah untuk menjaga manusia dari perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri, yaitu perintah untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Larangan ini juga melatih manusia untuk tidak bertindak serakah dan ingin mendapatkan lebih dari yang dibutuhkannya.
Tuhan juga menempatkan berbagai binatang di taman itu yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kebaikan dalam taman itu dan membuat taman itu menjadi lebih baik. Demikian juga kepada Adam diberikan lagi tugas untuk menjaga juga menamai binatang-binatang itu. Semua itu dilakukan Adam dengan sukacita dan bertanggung jawab, walaupun kemudian ia merasa ada yang kurang lengkap dalam dirinya ketika ia tidak mendapati seorang penolong yang sepadan dengan dia.
Untuk menyempurkan semua kebaikan itu, Tuhan kemudian menciptakan bagi Adam seorang penolong yang sepadan dengan dia, seorang manusia sama seperti dirinya dan menempatkannya bersama-sama dengan Adam sehingga ia punya seorang teman / penolong untuk berbagi tanggung jawab yang Tuhan berikan kepadanya.
Tuhan melakukan semua itu untuk kebaikan manusia ciptaanNya, yang merupakan gambaran / citra dari Tuhan sendiri. Sehingga apapun yang dilakukan manusia bagi dunia ini adalah seperti apa yang Tuhan ingin lakukan terhadap dunia ini. Manusia menjadi perpanjangan tangan dari Tuhan untuk memelihara semua ciptaan Tuhan yang lain, yaitu alam semesta dan seisinya.
Tugas ini merupakan apa yang menjadi kehendak Tuhan untuk dilakukan oleh manusia yang diciptakanNya, demikian juga kehendak Tuhan itu berlaku atas diri kita, yang walaupun telah jatuh ke dalam dosa namun juga sudah diperdamaikan dengan Tuhan untuk layak dihadapanNya.
Hal penting yang perlu direnungkan dan diajarkan kepada anak-anak adalah apa yang menjadi maksud Tuhan menciptakan manusia. Sebagai manusia yang diberikan kebebasan dan juga tanggungjawab untuk mengelola dan memanfaatkan seluruh alam ciptaan Tuhan ini harusnya dapat dengan bertanggungjawab melakukan tugas yang Tuhan berikan itu. Hal yang paling sederhana yang dapat anak-anak lakukan adalah menjaga dan tidak merusak alam sekitar kita, tidak membuang sampah di sembarang tempat, tidak merusak tanaman di sekitar kita sebaliknya memelihara mengusahakannya. Anak-anak juga belajar untuk tidak bersikap serakah ketika memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan kita. Dengan demikian alam ini akan terjaga kelestariannya sebagaimana yang Tuhan inginkan ketika Ia menciptakannya.


Ayat Hafalan

Mazmur 104:14
Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah.

Alat Peraga

Gambar Peraga

Aktivitas

Mencari pasangan
Cetak gambar dalam jumlah yang cukup kemudian potong dan bagikan kepada masing-masing anak 1 potong gambar. Jika jumlah anak cukup banyak, minta setiap anak untuk mencari teman yang memiliki gambar yang sama. Jika jumlah anak tidak banyak, minta anak-anak berkumpul sesuai jenis gambar yang dimilikinya (binatang atau tumbuhan)