Blog ini berisi Bahan Ajar / Cerita Sekolah Minggu dalam Bahasa Indonesia, silakan dipakai / dikutip secara bebas dan gratis karena Firman Tuhan bebas untuk diberitakan dan diketahui oleh semua orang

This blog contains materials for Sunday School Sermon. The sermon materials are written in Indonesian, but I hope the activities and images contained can be used by anyone with any language, please feel free to use it

Friday, April 26, 2024

Integritas Diri (Kejadian 37:1-36)

Bahan Ajar, Peraga dan Aktivitas dari cerita Alkitab tentang 'Yusuf dan saudara-saudaranya' (Kejadian 37:1-11) dan 'Yusuf dijual ke tanah Mesir' (Kejadian 37:12-36

Pokok Renungan

Bacaan Alkitab hari ini berdasarkan Alkitab TB LAI terbagi atas 2 perikop namun merupakan sebuah cerita utuh, yaitu bagaimana kehidupan anak-anak Israel (Yakub) terutama tentang Yusuf.

Yusuf adalah putra kesayangan Yakub, karena ia anak dari istri yang sangat dikasihi Yakub dan lahir di masa tuanya. Perhatian Yakub yang besar ini membuat saudara-saudaranya cemburu pada Yusuf,  mereka bahkan membenci Yusuf karena ia mengadukan kejahatan mereka (ay. 2) dan karena ia menceritakan mimpinya yang dianggap merendahkan mereka (ay. 5-11).

Kebencian mereka berkembang menjadi rencana untuk membunuh Yusuf ketika ada kesempatan saat ia jauh dari rumah (ay. 18). Saat itu Yusuf pergi sejauh kurang lebih 100 km dari kediaman mereka di lembah Hebron, untuk melihat saudara-saudaranya yang sedang menggembalakan kambing domba di Dotan (lihat referensi). Namun, Reuben, salah satu saudara mereka, berusaha menyelamatkannya dengan menyarankan untuk membuangnya ke dalam sumur. Pada akhirnya, Yusuf dijual kepada para pedagang Midian yang membawa Yusuf ke Mesir untuk dijadikan budak. (ay. 19-28)

Untuk menutupi perbuatan mereka, saudara-saudaranya menyembelih seekor kambing domba dan mencelupkan jubah Yusuf ke dalam darahnya, kemudian membohongi Yakub bahwa Yusuf telah dibunuh binatang buas. (ay. 29-35)

Dari cerita ini ada beberapa hal yang menarik yang bisa direnungkan dan diajarkan kepada anak-anak.

Yang pertama tentang integritas Yusuf. Dalam kehidupannya yang cukup baik di dalam rumahnya, ia diperlakukan buruk oleh saudara-saudaranya. Ia bukan anak yang malas ataupun  manja, ia punya tanggung jawab pekerjaan seperti saudara-saudaranya, yang membedakannya dari mereka adalah ia jujur sehingga ia melaporkan kejahatan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya itu. Ia teguh pada prinsip untuk tetap menyatakan kebenaran walaupun karena hal itu ia dibenci atau dimusuhi. Ia juga jujur menceritakan mimpinya yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Kejujurannya itu juga sejalan dengan sikapnya yang lain, yaitu taat, sabar dan setia serta memaafkan, semuanya akan teruji dan terlihat dalam perjalanan hidupnya. Ini menunjukkan sebuah integritas diri.

Hal yang kedua, dari kisah ini adalah sikap iri hati yang kemudian menimbulkan kebencian bahkan dendam yang berujung pada rencana pembunuhan yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf. Jika pikiran negatif dipelihara dalam diri, pikiran itu akan semakin berkembang menjadi lebih besar bahkan menjadi sebuah tindakan negatif juga. Jika saudara-saudaranya tidak iri hati kepada Yusuf dan mau mengoreksi kesalahan mereka yang dilaporkan oleh Yusuf, mereka tidak akan membenci Yusuf, karena bagaimanapun Yusuf adalah saudara mereka sendiri yang mengasihi mereka. Tetapi ketika kebencian itu ada dan dipupuk, maka mereka melakukan kejahatan dengan rencana membunuhnya namun karena tidak jadi, mereka menjual saudara mereka dan untuk menutupi kejahatan itu mereka membohongi Yakub.

Hal penting yang juga perlu direnungkan dari kisah ini adalah bagaimana Tuhan berkerja dalam segala keadaan dan peristiwa untuk kebaikan orang percaya, bahkan bukan untuk kebaikan sesaat tapi untuk kebaikan di masa yang akan datang.

Alat Peraga dan Aktivitas

Gambar Peraga

Mewarnai
Benda tersembunyi
Teka-teki Silang



Saturday, April 20, 2024

Yakub dan Esau Bertemu Kembali (Kejadian 33:1-20)

Bahan Ajar dan Gambar Peraga untuk cerita Alkitab 'Yakub Berbaik Kembali Dengan Esau' (Kejadian 33:1-20)

Pokok Renungan

Bacaan hari ini menceritakan kisah pertemuan kembali antara Yakub dan Esau, kedua saudara kembar ini terpisah karena perselisihan, ada kemarahan dan permusuhan yang mengiringi jalan mereka. Perjumpaan kembali ini menjadi momen penting dalam hidup Yakub, momen ini akan mengarahkan dia kepada jalan pemulihan hubungannya dengan Esau atau sebaliknya permusuhan yang abadi.

Yakub telah melarikan diri dari Esau selama kurang lebih 20 tahun, selama itu juga sebenarnya Yakub diliputi rasa takut dan cemas apalagi ketika ia mengetahui bahwa Esau mencarinya. Ia mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk (bd. Kej 32:1-21).

Saat pertemuan yang dinantikan itu terjadi ternyata Esau tidak menunjukkan rasa marah atau dendam. Ia justru berlari menyambut Yakub dengan penuh kasih sayang, memeluk dan menciumnya. Mereka berdua menangis karena bahagia bisa bertemu kembali (ay. 4).

Esau mengambil sikap untuk mengampuni Yakub atas kesalahannya di masa lalu. Meskipun dahulu Esau sangat benci bahkan ingin membunuh Yakub, namun nampaknya ikatan persaudaraan mereka telah memulihkan semua rasa kecewa dan permusuhan itu, Esau bahkan menolak pemberian Yakub yang diberikan sebagai bentuk permohonan maaf (ay. 9).

Kisah pertemuan kembali Yakub dan Esau memberikan beberapa pelajaran penting yang dapat direnungkan dan diajarkan kepada anak-anak.

Yang pertama tentang kasih persaudaraan yang tidak boleh terputus. Perselisihan dan pertikaian adalah hal yang biasa terjadi dalam kehidupan bersama. Tetapi hubungan persaudaraan merupakan ikatan yang kuat yang Tuhan anugerahkan, tidak ada yang bisa memilih untuk bersaudara dengan siapa, karena kita dilahirkan demikian, jadi siapapun saudara kita itu adalah anugerah Tuhan bagi kita. Esau tidak memilih untuk bersaudara dengan Yakub tetapi Tuhan sudah menentukan demikian, sehingga sekalipun Yakub mengecewakan dan membuat marah dirinya tetapi kasih sebagai saudara membuat ia menerima Yakub dengan segala kekurangannya.

Yang kedua tentang pengampunan, Esau memilih untuk mengampuni karena itu baik untuk dirinya sendiri dan baik juga untuk saudaranya. Mengampuni berarti melepaskan rasa dendam dan kebencian, sehingga yang tinggal adalah kedamaian baik bagi yang mengampuni maupun yang diampuni.

Yang ketiga tentang apa yang disebut rekonsiliasi. Istilah ini cukup sering kita dengar, maknanya adalah upaya untuk memperbaiki yang telah rusak supaya kembali seperti semula. Pertikaian seringkali dan hampir pasti akan merusak sebuah hubungan, karena itu perlu upaya dari kedua belah pihak untuk memperbaikinya dengan satu tujuan agar semuanya kembali baik. Demikian yang dilakukan Yakub juga Esau, keduanya punya upaya untuk memperbaiki hubungan yang rusak dengan satu tujuan yang sama agar sama-sama merasakan kedamaian hidup sebagai saudara.

Ajak anak-anak untuk mau saling memaafkan dan memperbaiki kembali hubungan yang rusak jika di antara mereka terjadi perselisihan.

Alat Peraga dan Aktivitas

Gambar Peraga

Mewarnai

Menyusun Cerita

Potong gambar sesuai garis kemudian minta anak-anak menyusun sesuai urutan cerita, jika bisa minta anak-anak menceritakan dengan bahasanya sendiri






Saturday, April 6, 2024

Esau dan Yakub (Kejadian 25:29-34; 27:1-40)

Bahan Ajar Sekolah Minggu dari Kejadian 25:29-34 dan Kejadian 27:1-40 tentang Yakub mendapat Hak Kesulungan

Pokok Renungan

Bagian bacaan ini menceritakan kisah tipu daya Yakub terhadap Esau. Bacaan pertama yang terpisah dari bacaan kedua menceritakan bagaimana sampai kisah yang diceritakan dalam Kejadian 27 itu terjadi, yaitu ketika Ribka dan Yakub menipu Ishak untuk mendapatkan berkat. Kisah ini penuh dengan ironi karena dalam kisah ini ditampilkan bagaimana rencana Tuhan itu tercapai oleh campur tangan manusia dengan cara yang tidak benar.

Beberapa hal dalam cerita ini yang perlu menjadi renungan bagi kita dan diajarkan kepada anak-anak adalah:

Yang pertama tentang apa rencana yang Tuhan sudah buat dalam kehidupan Esau dan Yakub sebagaimana yang Tuhan nyatakan kepada Ribka ketika ia mengeluh kesakitan saat mengadung kedua anaknya itu (bd.Kej. 25:22-26), jika Ribka mengingat hal itu, ia tahu bahwa hak kesulungan akan jatuh kepada Yakub, karena Tuhan yang menentukan demikian. Tapi Ribka mencari jalan sendiri mendapat hak kesulungan untuk Yakub, karena ia lebih menyayangi Yakub dari pada Esau, bukan karena itu rencana Tuhan. Seringkali kita bersikap seperti Ribka yang lupa atau tidak percaya kepada janji Tuhan yang baik bagi kehidupan kita, sehingga kita mencari jalan kita sendiri untuk meraih yang kita inginkan.

Yang kedua tentang sikap Esau yang gampang mengikuti hawa nafsu, rasa lapar dan nafsu untuk makan membuat ia rela melepaskan apa yang menjadi haknya untuk kepuasan sesaat. Bahkan setelah itu ia lupa bahwa ia telah melakukan kesalahan itu. Tentu sikap Esau sangat buruk, bukan saja mengikuti hawa nafsu tapi tidak sadar akan kesalahannya bahkan menyalahkan Yakub atas kebodohannya. Jika Esau sadar akan kesalahan yang pernah dibuatnya ia mungkin boleh marah akan penipuan yang Yakub lakukan tetapi ia tidak sampai berniat untuk membunuh Yakub (bd. Kej. 27:41). Sikap seperti Esau ini sering juga ada pada diri kita, kita tidak introspeksi diri ketika ada sesuatu yang buruk dilakukan orang lain kepada kita, kita lupa bahwa mungkin saja penyebab dari perlakuan itu adalah diri kita sendiri.

Cerita untuk Anak

Cerita hari ini menceritakan tentang dua anak kembar, Esau dan Yakub. Mereka adalah anak dari Bapak Ishak dan Mama Ribka, Esau adalah anak sulung, yang berarti dia memiliki hak istimewa dalam keluarga. Salah satu hak istimewa itu adalah "hak kesulungan." Hak kesulungan berarti Esau akan menerima bagian warisan yang lebih besar daripada Yakub dan dia juga akan menjadi pemimpin keluarga setelah ayahnya meninggal.

Suatu hari, Esau pulang dari berburu. Dia sangat lelah dan lapar. Dia melihat Yakub sedang memasak sup kacang merah yang lezat. Esau sangat menginginkan sup itu. Dia berkata kepada Yakub, "Berikan aku sedikit sup merah itu, aku sangat lapar!"

Yakub melihat bahwa Esau sangat lapar. Dia ingin membantu saudaranya, tetapi dia juga menginginkan hak kesulungan Esau. Yakub berkata kepada Esau, "Baiklah, aku akan memberikan sup ini kepadamu, tetapi kamu harus menjual hak kesulunganmu kepadaku."

Esau sangat lapar dan dia tidak memikirkan masa depan. Dia setuju untuk menjual hak kesulungannya kepada Yakub hanya dengan semangkuk sup kacang merah! Setelah kenyang Esau lupa kalau ia telah menjual hak kesulungannya.

Beberapa waktu kemudian, Ishak ingin memberikan berkat kepada Esau. Ribka, ibu Esau dan Yakub, ingin Yakub yang menerima berkat itu. Dia menyuruh Yakub berpura-pura menjadi Esau dan menipu bapaknya, Ishak. Yakub pun menuruti rencana ibunya dan berhasil mendapatkan berkat.

Esau sangat marah ketika dia mengetahui apa yang telah dilakukan Yakub. Dia ingin membunuhnya. Yakub pun harus melarikan diri dari rumah dan hidup dalam pengasingan selama bertahun-tahun.

Cerita ini mengajarkan kita bahwa kita harus berhati-hati dengan apa yang kita pilih dalam hidup. Kita tidak boleh membuat keputusan yang terburu-buru hanya karena kita menginginkan sesuatu saat itu juga. Kita harus memikirkan tentang konsekuensi dari tindakan kita di masa depan. Esau telah mengambil keputusan yang salah karena ia lebih memikirkan keinginannya untuk makan. Yakub juga telah melakukan penipuan karena mengejar berkat kesulungan sehingga ia harus lari karena ingin dibunuh oleh Esau.

Sebenarnya Tuhan sudah punya rencana yang baik atas diri Esau dan Yakub, tetapi mereka tidak menunggu apa yang Tuhan lakukan melainkan mencari jalan sendiri yang tidak benar untuk mencapai apa yang mereka inginkan.

Demikian juga dengan kehidupan kita, Tuhan sudah punya rencana untuk kehidupan kita, termasuk keberhasilan kita dalam belajar dan memperoleh apa yang kita inginkan, itu semua keinginan yang baik, tetapi jangan menggunakan cara yang salah untuk memperoleh apa yang baik itu. 

Alat Peraga

Aktivitas

Mewarnai
Cari Perbedaan
Cari Kata